Menanti Asa Spotify Lewat IPO

marketeers article
Mandatory Credit: Photo by JUSTIN LANE/EPA-EFE/REX/Shutterstock (9490064j) A view of signage for Spotify at the New York Stock Exchange during the companys Initial Public Offering in New York, New York, USA, on 03 April 2018. Spotify is a digital media streaming service. Spotify IPO at New York Stock Exchange, USA 03 Apr 2018

Spotify telah memberikan keceriaan setiap hari bagi jutaan orang di seluruh dunia. Kini, layanan musik streaming itu tengah mencari bantuan finansial dengan memulai berdagang di Bursa Efek New York, Selasa (3/4/2018).

Dengan entitas emiten bernama SPOT, saham perusahaan asal Swedia itu dibuka pada level US$ 165,9 per lembar saham, yang membuat valuasinya mencapai US$ 29,5 miliar. Keputusan Spotify untuk go public dianggap sebagai cara perusahaan mengembalikan modal kepada investor awal, sekaligus mencari dana segar untuk belanja modal perusahaan ke depan.

Tidak seperti kebanyakan perusahaan teknologi, IPO Spotify berjalan begitu standar. Jelasnya, perusahaan ini tidak bekerja sama dengan para bankir untuk menjual saham mereka ke investor pribadi.

“IPO ini tidak mengubah siapa atau bagaimana kami beroperasi. Kadang kami berhasil, kadang kami tersandung. Kami percaya kami masih berada di awal perjalanan dan memiliki ruang untuk belajar dan tumbuh,” ujar CEO Spotify Daniel Ek, seperti dikutip dari Mashable.

Pendekatan Spotify dalam menjual sahamnya membuka peluang bagi startup lain untuk bisa menghindari “rute tradisional” dalam menjual saham. Itu artinya, mereka mesti melakukan rapat tertutup dengan calon pembeli potensial. Spotify juga memungkinkan karyawan dan pemegang saham sebelumnya untuk membeli dan menjual saham mereka.

“Spotify berbeda. Mereka sudah ada sejak lama, dan basis pemegang saham mereka sudah terlihat seperti perusahaan publik,” kata Drew Pascarella, dosen keuangan di Cornell SC Johnson College of Business,

Drew tidak melihat apa yang diakukan Spotify sebagai awal dari akhir investasi bank sebagai penjamin emiten dalam IPO. “Ini adalah situasi unik satu kali saja,” tambahnya.

Kendati demikian, Spotify bergabung di pasar saham ketika saham teknologi tengah mengalami koreksi. Ketakutan akan peraturan-peraturan yang menyulitkan pemain teknologi pasca kasus Facebook membuat sejumlah saham tekno menurun.

Lewat IPO itu, Spotify juga harus mengungkapkan pendapatan mereka setiap tiga bulan sekali. Artinya, hal itu memberikan peluang bagi para pesaingnya seperti Apple Music, Pandora, Deezer, iHeartRadio, SoundCloud, Amazon, JOOX, dan Tidal untuk meneliti kinerja Spotify.

Spotify saat ini menjadi salah satu layanan streaming terbesar dengan 71 juta pelanggan dan 159 juta pengguna aktif bulanan yang tersebar di 61 negara. Apple Music disebut-sebut segera mengambil alih posisi Spotify di Amerika Serikat.

Bahkan, Global Programming Head Spotify RapCaviar alias Tuma Basa, telah hengkang dan memilih bergabung dengan YouTube. Tuma adalah kurator playlist andalah Spotify.

(Baca Juga: Merugi, Pemain Music Streaming Cari Cara Lain Biar Untung)

Kompetisi musik streaming memang memakan biaya. Pada tahun 2015, Spotify merugi US$ 194 juta. Sedangkan tahun lalu, perusahaan ini melaporkan kerugian US$ 461 juta.

 

Editor: Eko Adiwaluyo

Related