Di Balik Strategi Last Mile Delivery Go-Mart

marketeers article

Saat ini, ada pergeseran perilaku di kalangan konsumen kota-kota besar. Untuk memesan kendaraan, membeli kebutuhan groceries, memesan martabak, memanggil tukang pijat, membeli tiket, menebus obat, hingga pindahan semuanya ada dalam satu aplikasi. Itulah yang dilakukan oleh Go-Jek.

Ketika pertama kali hadir dalam bentuk aplikasi pada awal 2015, Go-Jek hanya menyediakan layanan perantara antara penumpang dan pengendara ojek. Hanya dalam kurang dari setahun layanan Go-Jek berkembang di beragam segmen. Saat ini, setidaknya sudah ada 14 layanan yang disediakan oleh Go-Jek dalam satu aplikasi.

Go-Mart adalah salah satu layanan yang diluncurkan oleh Go-Jek pada September 2015. Go-Mart adalah evolusi dari layanan Go-Jek sebelumnya yang bernama Go-Shop. Go-Mart adalah layanan belanja instan yang bisa digunakan untuk membeli ribuan jenis barang dari beragam merchant partner Go-Mart.

“Ketika diluncurkan pada September 2015 baru ada 15 merchant. Saat ini kalau di Jakarta sudah ada seratus lebih. Kalau di seluruh kota yang kami hadir total ada 600 merchant,” ujar Diaz Sikar, Head of Go-Mart.

Hadirnya Go-Mart memang merubah perilaku seseorang konsumen dalam berbelanja. Diaz mengakui bahwa ide awal dari Go-Mart adalah membantu konsumen dalam mensupplai kebutuhan sehari-harinya. Diaz menilai ada beberapa produk yang memang sudah sering dibeli oleh konsumen ketika berbelanja.

“Saking seringnya terkadang konsumen tidak lagi berpikir merek apa yang harus dibeli. Kalau beli air pasti merknya Aqua. Kalau keluarga beli dalam bentuk gallon, kalau anak kost beli yang ukuran 1,5 liter. Hal ini yang mau kami ubah, akan lebih mudah bila hal itu digantikan oleh mitra driver kami,” terang Diaz. Saat ini Go-Mart melayani 13 kategori belanja, mulai dari groceries, pet shop, hair & beauty, books, electronic, cooking, hingga alcohol.

Diaz mengakui bahwa kehadiran Go-Jek telah banyak merubah kebiasaan konsumen. Ia menilai bahwa banyak orang menggunakan layanan Go-Jek karena membuat orang menjadi lebih produktif dan efektif. Go-Mart, Go-Food dan layanan yang lainnya berusaha hadir menjadi solusi agar konsumen tidak perlu mengeluarkan energi yang banyak.

“Kalau dilihat dari Go-Jek secara keseluruhan, kehadirannya merubah semua gaya hidup. Sebenarnya di Go-Jek semuanya over expectation. Yang kami lakukan juga tidak nyangka sebesar ini. Kami hadir untuk membantu konsumen dan mitra pengemudi. Bila ini merubah lifestyle maka ini menjadi apresiasi buat kami,” aku Diaz.

Diaz menilai Go-Mart hadir disaat yang tepat. Saat banyak merek ingin pindah ke ranah digital. Sehingga alih-alih menciptakan aplikasi sendiri, banyak merchant yang bergabung bersama aplikasi yang dikembangkan Go-Jek.

Awal hadirnya Go-Mart bukan tanpa kendala. Banyak konsumen belum familiar dengan Go-Mart, ketika awal banyak yang bingung dikarenakan citra aplikasi ojek online sudah amat melekat bagi Go-Jek. Terlebih saat itu Go-Jek sudah meluncurkan Go-Shop. Go-Shop tidak jauh berbeda dengan Go-Mart, hanya saja ketika konsumen ingin memesan harus mengetik secara manual barang yang diinginkan.

“Go-Mart yang sekarang sudah ada gambarnya, layaknya e-commerce. Konsumen yang sudah pakai Go-Shop itu susah buat pindah ke Go-Mart, karena mereka terbayang harus mengetik secara manual. Padahal kami offer much more. Mengubah paradigma itu yang sulit,” ujar Diaz.

Dalam melakukan promosi, Diaz menilai bahwa Go-Mart banyak melakukan aktivasi secara digital. Khusus wilayah Jakarta pemasaran secara digital dilakukan secara massif. Hal ini jauh berbeda ketika Go-Mart melebarnya navigasinya ke kota-kota di luar Jakarta. Di kota-kota tersebut Go-Mart justru aktif dalam aktivasi offline. Beragam aktivasi mulai dari pasang billboard, main ke kampus, hadir di event lokal, sampai berkunjung ke kantor-kantor dilakoni oleh Go-Mart.

“Orang di luar Jakarta itu banyak juga yang belum tahu Go-Jek. Terus aplikasi kami saat itu masih pakai bahasa Inggris, bikin bingung orang juga. Kami berusaha mengedukasi mereka dan hadir lebih bersahabat dengan mereka melalui offline activity,” jelas Diaz.

Diaz mengingat beragam aktivasi yang dilakukan oleh Go-Mart dalam momen-momen tertentu. Yang paling berkesan olehnya ketika Go-Mart berkolaborasi dengan Ponds dalam rangka Hari Ibu. Saat itu konsumen bisa membelikan ibunya seikat bunga dan mendapatkan sample dari Ponds Age Miracle. Aktivasi ini menurut Diaz sangat ramai. Selain itu pada Valentine tahun lalu, Go-Mart berkolaborasi dengan Toblerone untuk memberika Bunga dan cokelat kepada orang yang disayang.

“Saking ramainya banyak toko bunga yang sampai harus menutup tokonya karena tidak sanggup menerima pesanan lagi,” ingat Diaz.

Selama berjalan sampai saat ini, banyak hal yang telah dilakukan oleh Go-Mart. Aplikasi yang terus diperbaiki, merchant yang bertambah, ekspansi di 15 kota, kepuasan konsumen meningkat akibat rata-rata waktu pengiriman dari 90 menit menjadi 48 menit.

“Semangatnya Go-Mart adalah fast delivery. Orang lihat Go-Jek karena cepat dan jadi last mile delivery. Orang butuh Go-Mart juga buat last mile delivery. Apa yang kami lakukan harus berdasarkan pada who they are, how we approach them, how communicate the message, dan mengimplementasikannya menjadi sebuah campaign,” pungkas Diaz.

Related