Menilik Keseriusan Indonesia Songsong Industri 4.0

marketeers article

Bicara soal Industri 4.0, Indonesia nampak menjadi salah satu negara yang cukup serius mengadopsi hal ini. Setidaknya, hal ini terlihat dari isu industri 4.0 yang beberapa tahun terakhir akrab dibicarakan di berbagai media dan forum. Tak hanya itu, pemerintah Indonesia bahkan merilis peta jalan Making Indonesia 4.0 untuk memastikan langkah implementasi tersebut. Lantas, seberapa serius Indonesia menyongsong era baru ini?

Menilik peta jalan Making Indonesia 4.0, terdapat lima sektor industri yang dipilih sebagai pionir untuk memacu implementasi Industri 4.0 di Indonesia. Lima sektor ini meliputi industri makanan dan minuman, tektil dan pakaian jadi, otomotif, elektronik, serta kimia.

“Kelima sektor ini mampu memberi kontribusi hingga 60% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) industri manufaktur, kemudian menyumbang 65% pada total nilai ekspor dan 60% tenaga kerja industri ada di lima sektor tersebut,” ungkap Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto di Jakarta, Rabu (23/01/2019).

Kemenperin memproyeksi lima sekor tersebut mampu mendorong pertumbuhan ekonomi nasional masa depan. Aspirasi besarnya pada Making Indonesia 4.0 adalah menjadikan Indonesia masuk dalam jajaran 10 negara dengan perekonomian terkuat di dunia tahun 2030.

“Kami juga sudah memikirkan strategi, menyusun kebijakan yang dapat menyesuaikan serta model bisnis baru, serta bagaimana memanfaatkannya untuk mendorong daya saing berbasis inovasi, skill dan sustainability,” kata Airlangga.

Oleh karena itu, selain pemberian fasilitas insentif fiskal, pemerintah sedang fokus menjalankan program peningkatan kompetensi SDM agar siap memasuki era industri 4.0. Dalam hal ini, Kemenperin telah menggandeng Swiss untuk melaksanakan program Skill For Competitiveness (S4C).

“Dari program itu, ada 25 pimpinan politeknik kami yang sedang mengikuti training. Jadi, program itu juga untuk menciptakan ekosistem inovasi,” imbuhnya. Kemudian, bersama pihak Swiss, terus mendorong penerapan sistem ganda (70 persen praktik dan 30 persen teori) di seluruh kurikulum politeknik di lingkungan Kemenperin.

Airlangga menambahkan, pihaknya bertekad memfasilitasi pembangunan politeknik di kawasan industri. Upaya ini guna memudahkan perusahaan mendapatkan tenaga kerja kompeten sesuai kebutuhan zaman sekarang, terutama dengan adanya perkembangan teknologi industri 4.0.

Tahun ini akan difasilitasi pembangunan Politeknik Industri Petrokimia di Cilegon dan Politeknik Industri Agro di Lampung. “Sebelumnya, kami telah memfasilitasi pembangunan Politeknik Industri Logam di Morowali dan Politeknik Industri Furnitur di Kendal,” tandasnya.

Upaya strategis tersebut juga seiring dengan peningkatan investasi di lima sektor prioritas Making Indonesia 4.0. “Sehingga menjadi promosi investasi di lima sektor tersebut. Beberapa sektor yang sudah masuk seperti industri petrokimia dengan total nilai investasi sebesar Rp200 triliun, kemudian nanti ada tambahan baru dari industri otomotif, makanan dan minuman, dan elektronika,” ujarnya.

Guna menampung investor, Kemenperin mengakselerasi pembangunan kawasan industri, terutama di luar Jawa. Tahun ini ditargetkan 8 kawasan industri di luar Jawa dapat beroperasi, dan sebanyak 10 kawasan industri lainnya yang masih tahap perencnaan juga dipercepat pembangunannya.

“Selain mendorong investasi, pembangunan kawasan industri diyakini pula dapat memacu hilirisasi industri dengan meningkatkan nilai tambah bahan baku dalam negeri dan penyerapan tenaga kerja lokal. Ini salah satu bukti dari multiplier effect aktivitas industrialisasi,” pungkasnya.

    Related