Menilik Nilai Jual Inisiatif Belt and Road China di Kancah Dunia

marketeers article

Proyek Belt and Road Initiative (BRI) terus dipromosikan China sejak Presiden Xi Jinping memulai inisiasi ini pada tahun 2013. Bentuk inisiatif yang fokus terhadap pembangunan hubungan geopolitik dan ekonomi global ini pun menuai berbagai pendapat di masyarakat. Sebagian pihak setuju, namun tak jarang yang masih meragukan proyek besar pimpinan China ini. Lalu, apa saja nilai jual yang ditawarkan China dalam proyek ini?

Dilansir dari Forbes.com, ada beberapa faktor yang menjadi kekuatan bagi China untuk menjual proyek ini ke berbagai negara di dunia, antara lain:

Mengontrol jaringan infrastruktur fisik

Zona logistik meliputi pelabuhan, jalan, dan jalur kereta api membentuk sebuah sistem peredaran di dunia. Selama lima tahun terakhir, perusahaan-perusahaan China telah mengoperasikan tidak kurang dari 77 terminal laut di belasan negara, membangun koridor rel kecepatan tinggi di seluruh Asia Tenggara, bahkan berpotensi di Eropa dan Rusia.

Photo Credits: http://static.dnaindia.com

Tidak hanya itu, China juga menandai pembangunan jalan raya di Pakistan, jembatan di Bangladesh, dan mendirikan zona ekonomi khusus di wilayah Sri Lanka, Oman, Myanmar, Malaysia, Abu Dhabi, membangun jaringan pipa minyak dan gas yang membentang di Asia Tengah, Rusia, dan Asia Tenggara, serta membangun jaringan kereta api yang menghubungkan pusat manufaktur China Tengah dan Barat dengan kota-kota di Eropa.

Dalam mengembangkan infrastruktur ini, China telah menunjukkan kemampuan bersaing mereka dengan perusahaan dan pemerintah lain. Strategi yang digunakan sederhana, yakni China berani membayar lebih. China berupaya berinvestasi di dunia masa depan di mana semua jalan melewati Beijing. Prinsip ekonomi BRI pun bukan permainan yang hanya dimainkan di hari ini, melainkan dari 10 bahkan 50 tahun dari sekarang.

Melintasi Lingkaran Geopolitik

China melintasi semua hambatan geopolitik dan berteman dengan kedua negara di kedua sisi garis konflik yang ada. China mencoba menjalin kemitraan dan persahabatan dengan berbagai negara, bukan konfrontasi.

Photo Credits: Pajhwok Afghan News

Pada saat bersamaan, China membangun hubungan dengan Israel dan Iran, Azerbaijan dan Armenia, Rusia dan Ukraina, Pakistan dan India, Korea Utara dan Amerika Serikat.

Keuntungan yang diperoleh pun jelas, akan ada lebih banyak kesepakatan, pengaruh geo-ekonomi, dan meminimalisir hambatan dalam perdagangan global.

The money is there

Awal tahun ini, China telah melaporkan cadangan devisa Beijing yang menurun dan telah hilang sebesar US$ 1 triliun. Namun jumlah ini terbilang masih sedikit, pasalnya selama enam bulan terakhir cadangan China meningkat secara berturut-turut dan berada diatas nominal mereka, US$ 3 Triliun.

Photo Credits: www.nytimes.com

China menghasilkan US$ 40- US$ 60 miliar per bulan dari ketidakseimbagan impor dan ekspor. Bahkan, belanja yang terhitung cukup boros di BRI tampak tidak memiliki banyak dampak pada bottom line Beijing. Pada akhirnya, China memiliki banyak uang meski mereka terbilang royal dalam menggelontornkan dana untuk BRI.

Kekuatan Bilateral

BRI kemudian dapat melakukan serangkaian transaksi perdagangan dan pembangunan bilateral dengan mengadakan one-on-one atau group+1 dengan negara-negara blok politik di Asia, Eropa, dan Afrika.

Tidak ada standar tertentu yang harus dipegang peserta BRI secara bersamaan, setiap blok dapat bernegosiasi mengenai persyaratan mereka sendiri. Pada akhirnya, kesepakatan dapat disusun sesuai dengan parameter utama. Ketika terjadi kondisi yang kacau, China dapat melakukan negosiasi ulang dengan pihak yang bentrok secara langsung agar tidak membahayakan jaringan multilateral.

Photo Credits: http://cf.orfonline.org

China memang terlihat telah sadar bahwa tidak semua negara memiliki fungsi sistem pemerintahan dan budaya dengan protokol yang sama. Strategi ini memberi China posisi yang dominan atas mitra mereka karena tanpa ada blok negara di belakang mereka, mereka berada dalam the ring one-on-on dengan lawan yang jauh lebih kuat, lebih cepat, dan stabil secara ekonomi.

Akankah proyek inisiasi ini berdampak positif bagi situasi perekonomian global ke depan?

Editor: Sigit Kurniawan

Related