Menilik Peluang Perkebunan Kelapa di Gorontalo

marketeers article
BEN TRE, VIET NAM- JUNE 1: Group of Asian worker working at coconut workshop to process coconut fruit, Vietnamese people split copra, material for candy and oil, Mekong Delta, Vietnam, June 1, 2015

Potensi industri pengolahan komoditas hortikultura di Provinsi Gorontalo tengah mendapat perhatian lebih. Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mengambil langkah strategis dengan kebijakan hilirisasi industri untuk meningkatkan nilai tambah bahan baku dalam negeri, sekaligus menjadi solusi guna mendongkrak harga komoditas seperti kopra dalam jangka panjang.

Wilayah Gorontalo dinilai memiliki potensi alam yang melimpah dan jumlah industri yang tak kalah besar. Data Pemerintah Provinsi Gorontalo pada 2018 menunjukkan, jumlah industri skala besar dan sedang terdapat 20 perusahaan dengan penyerapan tenaga kerja sebanyak 7.693 orang. Sedangkan, industri mikro dan kecil mencapai 12.360 unit usaha dengan melibatkan 31.910 tenaga kerja.

Sektor perkebunan kelapa menjadi prospek andalan berlangsungnya produksi pabrik tepung kelapa dan nata de coco di Kabupaten Gorontalo. Sementara itu, di Provinsi Gorontalo, juga terdapat satu kawasan industri yaitu Kawasan Industri Agro Terpadu (KIAT) di Kabupaten Bone Bolango.

“Kami bertekad untuk fokus mendorong sektor industri pengolahan produk hortikulura di Gorontalo. Selain karena potensi alamnya yang melimpah, produk industri kita harus berbasis bahan baku dalam negeri dengan kualitas yang mampu kompetitif di pasar ekspor,” kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto ketika melakukan kunjungan kerja di Gorontalo, Sabtu (12/01/2019).

Diversifikasi pada produk komoditas hortikultura dilakukan untuk memenuhi permintaan ekspor. Selain itu, produksi hortikultura akan dimaksimalkan untuk memenuhi kebutuhan industri makanan dan minuman di dalam negeri.

“Salah satu contoh adalah PT Royal Coconut dan PT Harvest Gorontalo Indonesia (HGI). Terbukti dengan investasi Rp500 miliar, PT HGI bisa menghasilkan devisa ekspor sebesar Rp1,5 triliun. Selain itu, kami meninjau pabrik tepung kelapa PT Royal Coconut yang investasi awalnya Rp100 miliar, saat ini ekspornya mencapai Rp300 miliar. Artinya, ada potensi-potensi Gorontalo dengan industri berbasis hortikultura, dan ini yang akan kami dorong,” papar Airlangga.

Oleh karena itu, lanjut Menperin, tugas pemerintah pusat akan menyiapkan skema insentif bagi industri di daerah. Salah satunya dalam hal penelitian dan pengembangan produk agar kualitasnya semakin baik setiap tahun.

“Ini adalah industri yang diharapkan oleh pemerintah. Arahan Bapak Presiden Joko Widodo adalah industri pengolahan berbasis bahan baku dalam negeri. Nah, seperti di HGI ini karena produknya herbal untuk kesehatan, dan diproduksi dengan standar good manufacturing practice sehingga mempunyai pasar global,” imbuhnya.

Sementara itu, Gubernur Gorontalo Rusli Habibie mengatakan, potensi industri berbasis sumber daya alam cukup banyak di Gorontalo sehingga diharapkan ada perhatian dan intervensi oleh pemerintah pusat untuk mendorong peningkatan investasi khususnya sektor industri.

“Contohnya pabrik tepung kelapa tadi, itu 90% bahan kelapanya diambil dari petani sehingga ada added value bagi mereka. Termasuk juga PT HGI, yang salah satu bahan dasarnya rumput Teki, orang Gorontalo bilang manggata yang tidak ada harganya. Sekarang dibeli oleh pabrik dengan harga yang lumayan,” terangnya.

PT Royal Coconut di Kecamatan Limboto Barat, Kabupaten Gorontalo merupakan perusahaan pembuatan tepung kelapa.  Perusahaan yang mempekerjakan 702 orang karyawan ini mampu menghasilkan 360 ton tepung per bulan dan menjadi komoditas ekspor di benua Eropa, Afrika dan Asia.

Related