Menelisik Andil Fintech Startup di Industri Asuransi

marketeers article
Insurance technology (Insurtech) concept, businessman pressing text with virtual screen.

Industri finansial yang harus bersiap menghadapi serbuan dari pelaku financial technology  (fintech) startup. Hanya dalam waktu sekitar dua tahun, fintech startup telah merasuk ke beragam sektor, mulai dari pinjaman, pembayaran, asuransi, dan lain sebagainya.  Memang, kehebohan yang ditimbulkan oleh fintech startup memang tidak segegap gempita ketika startup transportasi online datang.

Hanya saja, dalam senyap para pemain di industri finansial terus berupaya mengantisipasi dan mengimbangi langkah fintech startup yang lincah dan efisien. Terutama, di industri perbankan yang relatif lebih berhati-hati dengan kehadiran fintech startup ini. Bagaimana respon terhadap fintech startup di industri asuransi?

Sedikit berbeda dengan industri pebankan, di asuransi kehadiran fintech startup justru menjadi berkah tersendiri. Para pelaku di industri ini relatif lebih membuka pintu lebar-lebar pada fintech startup yang bermain di sektor asuransi. Di industri asuransi, para fintech startup menempatkan diri sebagai agregator, bukan menciptakan produk baru.

Posisi agregator inilah yang membuat para pemain di industri asuransi memandang para fintech startup model ini bukan sebagai ancaman. Sebaliknya, menjadi mitra yang bisa diajak berkolaborasi untuk melakukan penetrasi pasar. Tidak heran juga, bila sejak kehadirannya yang jauh sebelum tren fintech menguat dan muncul dalam beragam wujud, model agregator ini jauh dari hiruk pikuk.

“Keberadaan agregator ini justru menjadi mitra kami karena semakin mempermudah dalam melakukan penetrasi pasar. Secara praktik, para agregator ini membuat para pemain di industri asuransi memiliki kanal distribusi baru,” kata  President Director Asuransi Jagadiri, Reginald Y. Hamdani.

Ia menggambarkan kondisi yang sama pernah terjadi di industri penerbangan penumpang. Dulu, para maskapai membuat website sebagai sarana penjualan tiket. Tak lama, muncul online travel agency (OTA) semacam tiket.com, traveloka, dan sebagainya yang membantu para maskapai menawarkan tiket ke konsumen.  Kedua belah pihak ini, maskapai dan OTA, sekarang ini menjadi partner yang saling menguntungkan.

“Di asuransi pun sama, kita tidak bisa bersikeras untuk berjualan sendiri. Di sisi lain, pasar asuransi di negara ini masih sangat luas mengingat penetrasinya masih kecil. Keberadaan para agregator ini secara langsung juga membantu mengembangkan industri asuransi,” tambah Reginald.

Kemunculan agregator asuransi ini kurang lebih sejak lima tahun lalu. Para pemain di bidang ini antara lain Cekpremi, Rajapolis, Asuransi88, Pasarpolis, Asura, Premiro, dan lainnya.  Ada pula agregator yang tidak saja menawarkan produk asuransi, menawarkan hampir semua produk keuangan, semacam CekAja.

Para agregator ini kebanyakan menawarkan jenis asuransi umum dan asuransi jiwa tradisional. Kalaupun ada yang menawarkan asuransi jiwa berikut investasi, biasanya tetap dirujuk ke agen dari perusahaan asuransi. Lantaran untuk produk asuransi investasi tidak bisa begitu saja dibeli secara online.

“Adanya agregator ini membuat konsumen menjadi lebih mudah dalam memilih produk asuransi yang tepat untuk kebutuhan mereka. Di samping itu, lebih efisien karena semuanya serba digital, dari pembelian hingga proses klaim,” kata  Ivan Sunandar, Founder & Business Development Manager Cekpremi.

Selain itu, menurutnya, tidak saja menjadi kanal distribusi baru, industri asuransi sangat membuka diri dengan agregator karena risk-nya rendah. Sederhananya, biaya yang dikeluarkan sebagai fee ke agregator hanya terjadi setelah transaksi selesai atau konsumen membeli polis.

Beda dengan perbankan yang harus mengeluar biaya fee ketika ada daftar potensial konsumen masuk dan ketika transaksi terjadi. Padahal, tidak semua yang ada di daftar tersebut, setelah dilakukan survei, bisa dikonversi. “Ini yang terjadi di produk-produk kartu kredir, kredit tanpa agunan, atau bahkan kredit perumahan rakyat yang ditawarkan lewat agregator. Tingkat konversinya rendah,” tambahnya.

Jadi, terjawab sudah bahwa di industri asuransi fintech startup bukanlah momok baru. Sebaliknya, mitra baru yang harus digandeng erat.

 

    Related