Menjadi Fashion Designer Yang Unik dan Tidak Ditinggalkan

marketeers article

Menjadi fashion designer adalah cita-cita Linda Mariani. Ketertarikan perempuan asal Semarang ini pada dunia mode sudah ia rasakan sejak berada di bangku sekolah menengah pertama.

Menyadari passion-nya ada di dunia mode, ia mulai serius mendalami mode di lembaga tata busana Susan Budiharjo, Semarang. Tak berhenti di situ, berkat ketekunannya, ia mendapat beasiswa untuk mengeyam pendidikan di Esmod Jakarta.

Setelah mendapatkan bekal yang cukup untuk mewujudkan cita-citanya, Linda Mariani pun percaya diri membuka line yang diberi nama sesuai dengan namanya pada 2007. Linda berpendapat, untuk memulai clothing line, kita tidak harus memulai dengan modal besar. Linda sendiri memulai bisnisnya dari nol. Dari hanya satu mesin jahit dan satu karyawan, kini usahanya telah berkembang.

Linda mengaku pencapaian yang ia toreh bukan hasil kerja semalam. Meski memiliki passion di bisnis fesyen, hal tersebut tak serta merta membuat perjalanan bisnisnya mulus. Bisnis ini bisa dibilang settle setelah lima tahun berjalan. Saat awal-awal usaha, Linda sempat mengalami pasang surut, misalnya ada pelanggan yang sudah memesan baju kepadanya tapi ternyata tidak membayar.

Baginya, membangun sebuah bisnis tidak terlalu susah, namun lain halnya ketika mempertahankannya. Apalagi, saat ini semakin banyak desainer yang turut meramaikan industri fesyen Tanah Air. Namun, Linda tak khawatir dengan kompetisi itu. Pasalnya, setiap desainer memiliki ciri khas masing-masing. “Nah, keunikan line Linda Mariani ada pada creative fabric-nya,” katanya.

Meski tak khawatir soal kompetisi, Linda tak lantas menutup mata terhadap tantangan-tantangan yang ada. “Tantangan yang saya hadapi dalam bisnis ini adalah bagaimana tetap menjalin hubungan dengan klien, terus berinovasi, punya ide, dan kreativitas tanpa batas. Sehingga, konsumen tidak bosan dengan baju-bajunya,” ujarnya.

Sementara dari segi produksi, tantangan yang ia hadapi adalah bagaimana harus berhubungan dengan karyawannya. Ia dituntut untuk terus memperhatikan quality control. “Apalagi soal detail itu penting. Kalau ada masalah, pelanggan akan komplain,” kata perempuan yang kini memiliki 10 karyawan.

Untuk mengenalkan produknya ke konsumen, Linda gencar memajang karya-karya terbaiknya di Instagram dan website. Selain bertujuan memasarkan produk, cara ini pun ampuh untuk meningkatkan kepercayaan pelanggan terhadap brand Linda Mariani. “Sekarang ini, orang akan percaya bila melihat postingan-postingan Instagram yang keren,” jelas Linda.

Ketika brand fesyen lain aktif mengikuti tren fashion yang ada, lain cerita dengan Linda Mariani. Linda jarang terlibat di acara peragaan busana dalam negeri. Ia hanya sesekali saja mengikutinya. Linda tidak ingin seperti brand lain yang eksis di beberapa fashion show, namun produknya tidak laku.

Ia melihat, yang datang ke fashion show tidak sesuai dengan target market-nya, yaitu kelas menengah atas. Apalagi, pengunjung fashion show itu belum tentu membeli. “Lebih baik kami mengadakan fashion show sendiri dengan memanggil private client. Ini jauh lebih efektif dibanding ikut fashion show,” katanya.

Meski tidak sering ikut fashion show di dalam negeri, Linda justru mengincar fashion show di luar negeri. Hal ini diyakini dapat memuluskan jalannya untuk go international. Linda memulainya dengan terlibat di Hongkong Fashion Week pada 2014. “Kami mulai mass production, pembeli kami kebanyakan berasal dari China dan Arab. Selain itu ada pembeli kami dari Amerika, tapi masih sedikit,” imbuhnya.

Dalam menjajaki pasar internasional, Linda mengaku menghadapi tantangan ketika harus menyesuaikan dengan selera orang luar. Koleksi Linda dikenal memiliki detail yang ramai, seperti ada renda maupun mutiara. Sedangkan mereka ingin yang simpel, bagus, dan terlihat mahal. “Inilah tantangan kami bagaimana membuat baju sesuai keinginan mereka, namun tetap murah,” katanya.

Bukan hanya melenggang di cat walk, koleksi pakaian Linda pun telah banyak dikenakan selebritis Tanah Air saat tampil di panggung. Sebut saja Syahrini, Krisdayanti, Ruth Sahanaya, hingga penyanyi Raisa pernah mengenakan koleksinya.

Linda menceritakan pertama kali mendapat tawaran dari Cindy Claudia Harahap. “Saat itu Cindy yang tengah hamil besar meminta saya untuk membuatkan baju untuknya. Cindy merasa kesulitan mencari baju saat hamil,” kata Linda.

Setelah itu, ia mulai mendapat beberapa tawaran dari kalangan artis. Menurutnya, kekuatan word of mouth lah yang menjadikan koleksi-koleksi pakaiannya semakin dikenal di kalangan artis.

Dengan semakin banyak koleksinya yang digunakan pubic figure, Linda merasakan dampak yang besar bagi bisnisnya. Tak heran, semakin banyak yang mengenal koleksi-koleksi Linda Mariani dari para artis tersebut. “Untuk pakaian panggung artis, awalnya kami melakukan sponsor. Sekarang, mereka yang bayar ke kami. Tapi kami tidak mematok harga yang mahal,” katanya.

Linda rupanya memiliki pengalaman buruk ketika mensponsori pakaian untuk artis tertentu di suatu acara. Walaupun baju tersebut sudah dipakai, namun Linda tidak mendapatkan feedback dari artis itu berupa postingan di media sosialnya. Dari sinilah ia memutuskan untuk tidak mensponsori pakaian untuk artis.

“Belum lagi risiko baju rusak. Kemudian, kalau artis A memakai baju yang sama dengan artis B, jadi tidak eksklusif lagi,” tandasnya

Related