Menjadi Pemimpin WOW!

marketeers article

 Judul             : WOW Leadership, Kepemimpinan yang Menggerakkan Pikiran,      

                         Perasaan, serta Spirit Kemanusiaan

Penulis          : Ardhi Ridwansyah

Penerbit        : Gramedia

Tebal              : xxii + 351

“Leadership is influence, nothing more nothing less.” Demikiankata John C. Maxwell tentang kepemimpinan. Namun, untuk menjadi pemimpin yang memiliki daya pengaruh, saat ini ada pola baru. Pola baru ini, seperti dikutip dari buku ini, dikenal dengan 5A yang merupakan customer path dalam konsep WOW! Marketing yang diperkenalkan oleh MarkPlus. Pola 5A tersebut, adalah Aware, Appeal, Ask, Act, dan Advocate.

Terkait pola tersebut, penulis mencontohkan Jokowi sebagai orang yang pernah membangun kepemimpinan yang WOW tersebut. Sejak masa kampanye Pilpres, Jokowi dinilai bisa membangun awareness, appeal, ask, act, dan kemudian advocate. Jokowi berhasil membangun advokasi di kalangan konsistituennya. Pada tahap ini, banyak orang secara suka rela melakukan kampanye gratis untuk pilihannya.

Menurut penulis, pemimpin WOW merupakan pemimpin yang bisa memberikan impresi luar biasa (WOW Moment) dengan menyentuh pikiran, perasaan, serta spirit kemanusiaan para pengikutnya.

Dalam hal ini, ada tingkatan seorang pemimpin, yakni pemimpin OK, pemimpin AHA, dan pemimpin WOW. Pemimpin OK merupakan pemimpin yang mampu memberikan enjoyment kepada pengikutnya. Pengikut, misalnya, merasa nyaman saat mengikuti pemimpinnya karena memiliki pemahaman yang sama. Yang disentuh dalam tingkat ini lebih pada pikiran (rasio).

Di tingkat AHA, pemimpin bisa memberikan kesan lebih mendalam. Tidak sekadar menyentuh aspek rasio, tetapi juga perasaan. Dalam hal ini, pemimpin mampu memberikan experience kepada pengikutnya. Sedangkan dalam tingkat WOW, pemimpin mampu menyentuh sisi terdalam, yakni sisi kemanusiaan pengikutnya. Di tingkat ini, pemimpin bisa membangun engagement.

Bagaimana caranya seorang pemimpin tersebut mampu memengaruhi orang hingga menggerakkan pikiran, perasaan, dan spirit kemanusiaan? Merujuk pada gagasan Stephen J. Sampson, psikolog dan pioner social intelligence skills, penulis menyebut enam aspek yang patut diperhatikan.

Pertama, physicality (aspek fisik). Aspek ini mengacu pada hal-hal fisik yang akan memengaruhi persepsi orang lain tentang kemampuan kepemimpinan. Meski boleh dibilang permukaan, aspek ini tidak boleh diabaikan. Kedua, intellectuality (aspek intelektual). Aspek ini tidak sebatas kemampuan dalam IQ, tetapi lebih pada cara berpikir yang memberi pengaruh yang efektif pada orang lain.

Ketiga, emotionality (aspek emosional). Aspek ini menyangkut manajemen emosi atau kemampuan pemimpin dalam mengelola emosi pribadi dan orang lain.

Keempat, sociability (aspek kemampuan sosial). Aspek lebih dari sekadar kecerdasan emosional, tetapi lebih pada kemampuan membangun jaringan sosial sebagai modal melebarkan pengaruhnya.

Kelima, personality (aspek personal). Aspek ini mengacu pada kesadaran tentang hakikat diri serta visi-misi pribadi yang diembannya dan akan disebarluaskan kepada orang lain. Keenam, moral ability (aspek moral). Ini menjadi salah satu fondasi kepemimpinan yang paling penting. Aspek ini terkait kemampuan menjaga integritas moral. Pengaruhnya bersifat jangka panjang (sustainable).

Selain dikemas dengan bahasa renyah, konsep buku ini mudah dipahami karena disertai oleh banyak contoh dan best practices dari pemimpin yang populer di Indonesia dari berbagai institusi maupun perusahaan.  Mereka adalah Komaruddin Hidayat, Mustoha Iskandar, Jahja Setiaatmadja, Rai Dharmawijaya Mantra, Irman Gusman, dan Rosarita Niken Widiastuti.

Buku ini layak dibaca oleh siapa saja, khususnya bagi mereka yang ingin menjadi seorang pemimpin WOW – pemimpin yang tidak hanya mengandalkan kekuasaan, titel, jabatan, uang, tetapi pemimpin yang mampu menggerakkan pikiran, perasaan, dan spirit kemanusiaan. 

Related