Dibanding minuman seperti teh dan kopi, cokelat bisa dikatakan cukup jarang jadi konsumsi masyarakat Indonesia terutama dalam bentuk minuman. Dan mayoritas sudah menjadi bahan perasa dalam berbagai bentuk makanan.
Namun, justru siapa sangka Indonesia adalah salah satu produsen cokelat. “Kalau saya berani katakan cokelat Indonesia salah satu terbaik di dunia. Bahkan, Belgia pun bisa kalah kalau soal kualitas,” ujar Menristekdikti Mohammad Nasir di Jakarta pada Kamis (24/11/2016).
Sayang sekali, cokelat masih menjadi komoditas untuk kalangan atas dan belum menyentuh semua lapisan. cokelat masih dianggap komoditas mahal. Menurut Nasir, penyebabnya karena masalah di produksi hilirnya. Indonesia belum memiliki teknologi pengolahan mumpuni.
Jadi, tidak heran pengolahan diserahkan kepada negara-negara maju, salah satunya Belgia yang sudah advance dalam produksi cokelat. Untuk menghasilkan cokelat berkualitas di Indonesia sendiri masih cukup jauh. Bukan hanya cokelat, komoditas kopi pun punya nasib serupa seperti cokelat.
“Coba Anda lihat di Starbucks. Mereka merek global tapi tahu kopinya dari mana? Dari Indonesia. Kualitas biji kopi kita tidak diragukan lagi bahkan mengalahkan Vietnam. Negara sekelas Swedia berani impor dari kita dan mengolahnya menjadi bahan konsumsi berkualitas,” ungkap Nasir.
Masalah pengolahan adalah salah satu masalah klasik industri yang bahan bakunya justru kebanyakan ada di Indonesia. Soal teknologi masih menjadi constrain industri-industri terkait belum semaju negara lain. Selain kopi dan cokelat, bahan baku industri kosmetik sebenarnya mayoritas ada di Indonesia. Sayang sekali sekitar 40% justu masih impor.
Editor: Sigit Kurniawan