Meski Likuid, Masih Banyak Mispersepsi Seputar Reksa Dana ETF

marketeers article

Muncul pertama kali pada 2007 silam, perkembangan produk Exchange Traded Fund (ETF) tumbuh pesat di Indonesia. Hingga saat ini terdapat 17 produk ETF yang sudah dicatatkan di Bursa Efek Indonesia dan PT Indo Premier Sekuritas (IndoPremier) menjadi Dealer Partisipan untuk 16 dari 17 ETF yang ada.

Dari 17 produk ETF tersebut, 9 ETF dikelola PT Indo Premier Investment Management (IPIM) yang notabene anak perusahaan IndoPremier, 5 ETF dikelola PT Pinnacle Persada Investama, 1 ETF dikelola PT Batavia Prosperindo Asset Management dan 1 ETF dikelola PT Danareksa Investment Management, 1 ETF dikelola  PT Bahana TCW Investment Management.

“ETF berbasis saham pertama kali muncul di Indonesia atas inisiatif IndoPremier dengan produk perdananya yang bernama Premier ETF LQ45 dengan tanggal pencatatan pada 18 Desember 2007,” tegas Direktur IndoPremier Sekuritas, Noviono Darmosusilo.

Ia mengakui Indo Premier Investment sebagai manajer investasi yang paling agresif di ETF berbasis saham yang mengacu pada suatu indeks di papan perdagangan BEI. Total ETF berbasis saham keluaran IPIM sudah mencapai 8 produk saat ini, 5 di antaranya adalah ETF berbasis saham mengacu pada index. Kedelapan reksa dana ETF tersebut berdenominasi rupiah dengan bank kustodian Deutsche Bank AG, Cabang Jakarta. Selain itu, Pinnacle Investment termasuk manajer investasi yang aktif dengan jumlah pengelolaan 5 ETF berbasis saham.

Tepat pada 2 Februari 2017 lalu, imbuhnya, IPIM meluncurkan produk reksa dana  berjenis ETF Fixed Income dengan nama reksa dana Premier ETF Indonesia Sovereign Bonds. Reksa dana terbaru ini berdenominasi rupiah dengan bank kustodian Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI).

“Akhir April 2018 total dana kelolaan 16 ETF IndoPremier sebagai dealer Partisipan telah berhasil mencatatkan nilai sebesar Rp. 6,45 triliun, dimana dari jumlah itu sebesar Rp 5,37 triliun adalah dana kelolaan dari 15 ETF saham. Perlu diakui, dana kelolaan ETF memang tumbuh agresif mengingat pada 2013 silam total kelolaannya baru di angka Rp 456 miliar,” terangnya.

Tak hanya dana kelolaan, imbuhnya, jumlah investor kelembagaan ETF IndoPremier sebagai Dealer Partisipan juga meningkat signifikan dari 40 investor institusi pada 2013 lalu menjadi 132 investor institusi pada 2018 ini.

Laju pertumbuhan ETF di Indonesia ini, terangnya, tentu berbanding lurus dengan pemahaman para investor institusi yang semakin berkembang mengenai keunggulan ETF sebagai instrumen investasi.

ETF sebagai instrumen investasi reksa dana memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan reksa dana konvensional antara lain: likuiditas ETF tersedia sepanjang perdagangan bursa, fleksible dapat dilakukan subscription/redemption setiap saat sepanjang perdagangan bursa, transparan dengan menampilkan seluruh informasi saham-saham underlying ETF dan komponen kas, biaya transaksi tidak dibebankan kolektif, tapi hanya ditanggung oleh masing-masing investor, pengawasan berlapis oleh OJK, BEI, dan Dealer Partisipan.

“Dengan bermacam keunggulan ETF ini, sudah sepantasnya investor berlomba berinvestasi di ETF. Sangat disayangkan jika di kalangan investor masih ada mispersepsi seolah-olah ETF itu tidak likuid, kenyataannya malah ETF itu reksa dana yang paling likuid,” tandasnya.

Ia menjelaskan mispersepsi investor institusi terkait likuiditas ini terjadi karena mungkin investor belum melihat dan menyadari likuiditas ETF yang ada di Pasar Primer (Primary Market). Pasar primer adalah likuiditas saham-saham underlying ETF, sebagai contoh ETF Premier IDX30 dengan kode XIIT melakukan investasi pada saham-saham pada Indeks IDX30 yang memiliki kapitalisasi pasar sekitar 60% dari nilai total kapitalisasi pasar dengan nilai mencapai tidak kurang dari Rp 3.800 triliun saat ini. Hal ini berbeda sekali dengan likuiditas ETF di Pasar Sekunder (Secondary Market) yang hanya sebatas nilai kapitalisasi unit ETF yang sudah dikreasi (nilai kapitalisasi pasar unit XIIT di Pasar Sekunder berkisar Rp 2,5 triliun), sebagaimana mispersepsi sebagian investor selama ini.

“Transaksi ETF di Pasar Primer (Primary Market) sangat likuid karena di situlah  likuiditas ETF sesungguhnya, “ pungkasnya.

    Related