Mimpi ASEAN Jadi Sendi Manufaktur ASIA

marketeers article

ASEAN tengah mematangkan kolaborasi untuk menjadi sendi manufaktur Asia. Peluang di era Revolusi Industri 4.0 disiapkan demi menyongsong  factory Asia’s next frontier.

Dalam diskusi panel World Economic Forum (WEF) on ASEAN yang dihadiri lebih dari 1.200 peserta di Hanoi, Vietnam, para kepala negara, menteri, pemimpin bisnis, akademisi, dan tokoh penting berdiskusi mengenai pandangan mereka terkait revolusi industri. Mimpi ASEAN menjadi basis manufaktur Asia dimulai dengan upaya memperkuat kolaborasi di bidang pengembangan teknologi, termasuk human skill.

“Negara-negara ASEAN harus mempertimbangkan kolaborasi timbal balik sebagai sarana mempercepat transformasi dan mengatasi tantangan secara bersama. Mereka juga harus memanfaatkan kekuatan masing-masing negara dan menciptakan sinergi di antara mereka sendiri,” kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto saat menjadi narasumber pada diskusi panel WEF on Asean di Hanoi, Vietnam, Kamis (13/09/2018).

Untuk memiliki industri manufaktur berdaya saing global, Airlangga menyampaikan negara-negara ASEAN harus meningkatkan kapabilitas manufaktur mereka yang maju dan diperlukan kebijakan untuk menarik investasi.

Tak hanya itu, ASEAN harus memperkuat basis teknologi mereka, termasuk meningkatkan human skill.  “Dengan industri 4.0, tentunya menimbulkan kesempatan baru yang membutuhkan kerja sama untuk reskilling maupun up-skilling terhadap kompetensi sumber daya manusia (SDM) di masing-masing negara Asean. Saya percaya revolusi industri 4.0 ini akan menciptakan banyak lapangan kerja dan meningkatkan kesetaraan. Karena salah satu aspek penting dari industri 4.0 adalah turunnya biaya produksi dan jasa sehingga harga barang semakin murah dan mudah dijangkau kalangan berpenghasilan rendah,” kata Airlangga.

Sebelumnya, Dr. AKP Mochtan, Deputy Secretary-General of ASEAN for Community and Corporate Affairs mengatakan ASEAN kini tumbuh semakin kuat dan menempati posisi ke-enam sebagai ekonomi terbesar di dunia.

“Di balik berbagai tantangan yang ada, saya yakin melalui kolaborasi yang komprehensif, ASEAN bisa menjadi lebih kuat di 2065. Tantangannya, kita harus bisa menyiapkan generasi muda yang siap menyongsong era baru. Kesempatan untuk memperoleh edukasi perlu diberikan secara luas, termasuk bagaimana cara kita membangun satu identitas ASEAN yang bisa membuat setiap anggota di dalam nya merasa bangga,” jelas Mochtan kepada Marketeers.

Jadi, bagaimana menurut Anda? Apakah cara ini cukup untuk menjadikan ASEAN sebagai sendi manufaktur Asia?

Editor: Sigit Kurniawan

Related