Tips Vlogger Ala Benakribo: Barter Oke Asal Produk Berkualitas

marketeers article
Vlogger ala Benakribo

Mengawali perjalanan sebagai blogger dengan beberapa penghargaan di usia 17 tahun, Benazio Putra atau biasa dikenal Benakribo mulai kesengsem video pada 2011. Selain sebagai hobi, Bena tampak melihat potensi video di masa depan. Benar saja, sejak mulai jadi tren beberapa tahun lalu, pilihannya untuk menjadi vlogger terbayar lunas.

Ia bisa dikategorikan sebagai vlogger papan atas di Indonesia dengan banyak pengikut. “Saya lebih suka menyebutnya sebagai content creator ya, karena kontennya itu lintas platform. Dari YouTube sampai Instagram. Blog juga masih aktif. Evolusi juga terjadi pada kontennya. Dulu senang dengan lucu-lucuan, sekarang lebih mature lewat konten berisi seperti tutorial sampai soal teknologi,” ujar Benakribo.

Dengan statusnya tersebut, Benakribo mengklaim sudah ada ratusan brand yang mengajaknya berkolaborasi membuat konten. Tentu ia juga punya idealisme tersendiri demi menjaga personality-nya agar tidak jauh melenceng. Walau tidak terlalu picky, memilih brand yang tepat dengan karakter Benakribo dan audiensnya juga penting.

“Tidak bisa brand datang lalu minta promosikan ini itu. Harus ditentukan objektifnya apa, sesuai tidak dengan audiens dan karakter yang kita punya. Brand boleh punya target. Tapi, kami content creator paling mengerti konten seperti apa yang harus di-post di kanal kami. Yang jelas kanal sosial media seorang content creator harus soft selling, tidak bisa hard selling,” sambungnya.

Masalahnya jika seorang content creator bisa menghasilkan video menarik yang menghibur, penonton pun akan senang walau pun pada akhirnya ada embel-embel brand muncul. Tentu saja sebagai seorang content creator berbasis video, Benakribo bisa memberikan eksposur sampai engagement. Ia tidak akan mau jika brand memiliki objektif sekadar berjualan.

Di satu sisi Benakribo tidak keberatan jika ada brand datang tidak menawari kontrak berbasis nominal, tapi lebih ke barter. Sepanjang brand tersebut sudah memiliki nama, sesuai dengan karakternya, dan produknya berkualitas. “Prinsipnya bagaimana kedua belah pihak sama-sama senang. Brand tercapai objektifnya, penonton senang dengan konten yang kami tawarkan,” tutupnya.

    Related