Nokia 3310 Kembali Dirilis, Untuk Sales atau Sekadar Gimmick?

marketeers article

Setelah desas desus panjang, Nokia resmi merilis lagi varian legendaris Nokia 3310. Pada ajang Mobile World Congress di Barcelona, Spanyol, akhir pekan lalu, varian Nokia 3310 diluncurkan bersamaan dengan peluncuran Nokia 6, Nokia 5, dan Nokia 3.

Tentunya dari seluruh varian yang diluncurkan oleh HMD Global selaku produsen ponsel Nokia, Nokia 3310 menjadi yang paling banyak dinantikan. Sebagai catatan, Nokia 3310 dirilis pada tahun 2000, Nokia 3310 terjual sampai 126 juta unit hingga diskontinu pada tahun 2005. Rekor itu menjadikannya sebagai ponsel paling laris sepanjang masa karena sampai sekarang belum ada perangkat mobile atau smartphone yang mampu menandingi angka tersebut.

Nokia 3310 laku keras pada eranya karena terkenal lewat baterai awet sampai sepuluh hari, tahan banting dari ketinggian, dan tentu saja keberadaan game klasik Snake. Kali ini, Nokia 3310 hadir kembali dengan desain yang cukup mirip dan di dalamnya dibenamkan beberapa teknologi tambahan seperti kamera dan pemutar musik.

Nokia 3310 terbaru ini mampu memiliki waktu berbicara hingga 22 jam dan satu bulan waktu siaga. Seri ini juga dibaluti dengan empat warna-warna mencolok, seperti merah, kuning, biru, dan abu-abu. Tentunya tidak ketinggalan permainan Snake dimasukkan dalam Nokia 3310. Nokia 3310 akan dipasarkan dengan harga sekitar €49 setara dengan Rp 700 ribu.

“Mengenai Nokia 3310, kami ingin memberikan penghargaan bagi para penggemar setia ponsel Nokia dan membuktikan bahwa warisan yang kaya, inovasi dan desain modern bisa digabungkan. Pada dasarnya, ini adalah tentang memastikan bahwa kami memberikan pengalaman Nokia yang murni di seluruh rangkaian produk kami,” ujar Juho Sarvikas, Chief Product Officer HMD Global.

Namun, apakah peluncuran Nokia 3310 benar-benar menjadi strategi Nokia untuk kembali menancapkan bendera sebagai produsen ponsel kenamaan. Apakah Nokia juga memiliki ekpektasi yang sama dengan kesuksesan Nokia 3310 di dekade yang lalu.

Pasalnya, fitur dari Nokia 3310 kali ini kalah canggih dengan tiga ponsel lainnya yang dikeluarkan oleh Nokia. Bisa jadi Nokia 3310 hanya berfungsi sebagai pendamping dan gimmick untuk meningkatkan kembali awareness yang telah lama diraih oleh Nokia.

Sarvikas menambahkan, semua orang berhak mendapatkan kualitas yang terbaik. “Kami juga percaya bahwa semua orang layak mendapatkan akses terhadap kualitas dan presisi yang biasanya hanya ditemukan pada perangkat flagship. Dengan rangkaian ponsel pintar Nokia baru kami, kami ingin mendemokrasikan teknologi dan menghadirkan pengalaman ini bagi semua orang,” ujarnya.

Nokia 3310

Sementara itu, bagi Pekka Rantala, Chief Marketing Officer HMD Global, nama Nokia sudah sangat lekat sebagai pabrikan ponsel. Tentunya ini merupakan modal besar bagi Nokia untuk masuk merengsek sebagai produsen ponsel papan atas dalam beberapa tahun ke depan.

“Konsumen masa kini menginginkan ikatan dengan merek yang bisa mereka percayai. Berbekal pengalaman lebih dari 150 tahun, Nokia kini hadir menyajikan pengalaman yang otentik dan unik yang dengan bangga kami perkenalkan ke generasi yang baru,” ujar Rantala.

Menurutnya, rangkaian ponsel pintar Android Nokia terbaru dan kembalinya Nokia 3310 yang ikonik menjadi perwujudan cita-cita dan komitmen Nokia  untuk menghargai keunggulan pengalaman ponsel Nokia yang sesungguhnya.

Terlepas dari benar-benar ingin menggerek penjualan melalui Nokia 3310, upaya ini patut diacungi jempol. Nokia tidak melupakan masa lalunya sebagai pabrikan ponsel yang memiliki portofolio produk dengan desain yang berani pada masanya. Nokia paham betul diferensiasi mereka dari pabrikan ponsel lainnya, daya tahan dan desain. Lepas itu semua, “bangkitnya kembali” Nokia 3310 ini tentunya akan mengerek brand awareness bahwa Nokia bukan merek yang mati, tapi hidup dengan seri-seri terbarunya.

Editor: Sigit Kurniawan

 

Related