Nomadic Tourism Jadi Solusi Pariwisata Masa Depan

profile photo reporter Marketeers
Marketeers
20 Oktober 2018
marketeers article

Konsep Nomadic Tourism terus dikenalkan Menteri Pariwisata Arief Yahya. Menurutnya, Nomadic Tourism adalah Solusi Sementara Sebagai Solusi Selamanya.

“Konsep pariwisata Indonesia kini sudah jauh bergeser, tumbuh, dan terus berinovasi. Membangun pariwisata Indonesia dengan konsep lama sudah tidak relevan. Nomadic Tourism inilah formulasi ideal untuk menjawab tantangan ke depan,” ungkapnya.

Menpar pun memberi gambaran posisi Nomadic Tourism dengan membandingkannya dengan konsep Pre-Paid milik Telkomsel. “Melihat Nomadic Tourism ini seperti Telkomsel yang mengembangkan Pre-Paid. Dahulu Pre-Paid ini didesain sementara. Tapi, sekarang justru menjadi solusi selamanya. Pelanggan Telkom itu 98% Pre-Paid Service. Dan, hal ini yang akan terjadi dengan formulasi Nomadic Tourism di masa depan,” terang Menteri Arief didampingi Waizly Darwin, selaku Advisor Pengembangan Nomadic Tourism Kemenpar.

Nomadic Tourism pun dinilai sebagai formulasi terbaik mewujudkan target kunjungan wisman. Sebab, pariwisata Indonesia ditarget kunjungan 17 juta wisman pada 2018. Selang setahun berikutnya target membengkak menjadi 20 juta wisman. Nomadic Tourism juga solusi terbaik menjawab keterbatasan unsur amenitas dalam 3A (Atraksi, Aksesibilitas, dan Amenitas).

“Nomadic Tourism ini sangat simpel dan sederhana. Amenitas yang bisa dipindahkan. Bentuknya sangat beragam. Bisa berbentuk glamp camp, home pod, dan caravan,” tegas Menpar lagi.

Target besar diapungkan Kemenpar. Pariwisata Indonesia membidik 10 Nomadic Tourism di destinasi unggulan. Bentuknya glamp camp, home pod, dan caravan. Namun, Menpar mengingatkan, konsep Nomadic Tourism ini sangat customer-centric. Positioning-ya pun jelas, yaitu para milenial sebagai market utamanya.

“Nomadic Tourism pada prinsipnya berlaku bagi semuanya. Tapi, idealnya memang para milenial. Kan para anak muda ini sangat mobile. Mereka menggilai digital dan sangat interaktif. Para milenial ini juga butuh pengakuan, esteem needs, melalui media sosial. Potensi inilah yang dibidik dan dikembangkan,” kata Menteri asal Banyuwangi tersebut.

    Related