Nyali Wirausaha Akan Muncul Saat Dompet Kosong

marketeers article

Punya keberanian atau nyali mutlak menjadi salah satu syarat membuka usaha sendiri atau wirausaha. Wajar saja karena berwirausaha tidak akan langsung berhasil sehingga setiap saat pasti akan dihantui oleh potensi kegagalan. Nyali juga yang kemudian membawa pendiri PT Datascrip Joe Kamdani seperti sekarang, membawa perusahaannya sebagai salah satu distributor alat perkantoran terbesar di Indonesia.

“Saya bangun PT Datascrip pada 1969 dengan nama Matahari. Awalnya saya hanya seorang sales peralatan kantor. Lama-lama saya buka sendiri usaha distribusi alat sejenis dan menjadi Datascrip seperti sekarang. Saya lahir dari keluarga pas-pasan, ayah saya bukan siapa-siapa. Ketika bangun Datascrip pun begitu, saya bukan siapa-siapa dan tidak punya apa-apa. Tapi justru karena tidak punya apa-apa, nyali untuk membangun usaha sendiri muncul,” ujar Joe.

Kenapa nyali muncul pada saat dompet kosong, karena pada saat itu hanya ada perasaan nothing to lose. Berhasil ya bagus, tidak pun tidak apa-apa. Toh apa bedanya membangun usaha dengan modal nol lalu gagal menjadi tidak punya apa-apa. Beda halnya jika seseorang membuka usaha namun dengan kondisi dompet terisi. Nyali biasanya tidak akan muncul. Dengan memiliki aset dan modal besar, justru perasaan akan kehilangan juga besar. “Wajar ya seseorang akan takut kehilangan,” sambung pria berusia 79 tahun tersebut.

Ia menilai saat ini berbeda dengan zamannya, di mana sekarang banyak sekali sarjana perguruan tinggi muncul sehingga potensi wirausaha seharusnya besar. Tapi Joe menilai bahwa wirausaha kembali ke masalah keputusan. Keberanian berperan besar di sini. Apalagi ia membangun Datascrip bukan dari passion-nya terhadap alat-alat perkantoran.

Mengapa Joe membangun usaha Datascrip adalah karena pada masa ketika menjadi sales, ia memang memiliki jaringan ke penjualan alat-alat perkantoran. Dimulai dari menjual barang-barang yang bukan produksinya, Joe kemudian membangun usaha sendiri atas saran rekannya yang memiliki rumah produksi alat perkantoran untuk urusan distribusi.

“Yang penting lagi selain keberanian, jangan lupakan networking,” tutup Joe.

Editor: Sigit Kurniawan

Related