Ojek Pangkalan Tak Boleh Kalah dengan Ojek Online

marketeers article
Tingginya penggunaan teknologi yang hampir merata di semua kalangan masyarakat Indonesia memengaruhi sektor transporatasi darat, khususnya yang ada di Ibu Kota. Kemunculan aplikasi ojek online, misalnya, telah mengubah perilaku sebagian orang dalam mendapatkan layanan ojek. Selain itu, layanan ojek online ini juga makin berkembang dengan layanan antar makanan atau paket barang.
 
Hadirnya aplikasi tersebut seiring dengan ngetrennya smartphone dan makin luasnya jangkauan internet di Indonesia.  Riset MarkPlus terbaru menyebutkan bahwa sekitar 98% anak muda di Indonesia memiliki handphone. Sedangkan sebanyak 71% dari mereka mengakses internet setiap hari. Durasinya sangat variatif, mulai dari tiga jam sekali hingga empat jam sekali. 
 
Namun, rupanya tren online ini juga memberi dampak kepada sebagian tukang ojek yang tidak go online. Sebagian tukang ojek pangkalan merasa penghasilannya menurun sejak tren ojek online ini terjadi.
 
“Penghasilan kami menurun drastis sejak munculnya ojek online. Dari pagi hingga siang yang biasanya kami mampu mengantongi penghasilan sebesar Rp 150 ribu hingga Rp 250 ribu, sekarang Rp 100 ribu saja kami susah dapatkan,” jelas Buyung, Koordinator Ojek di Pangkalan Cikini saat acara pelatihan yang ditujukan khusus bagi tukang ojek pangkalan di Jakarta, Senin (05/10/2015). 
 
Buyung menjelaskan bahwa dirinya dan pangkalan ojek lain yang tersisa di Jakarta ini sudah melakukan banyak cara untuk mendapatkan pelanggan seperti dulu. Namun, Buyung mengakui hal ini agak sulit.
 
“Kami sudah coba banyak hal, mulai dari memberikan jaminan keamanan yang lebih baik dari hingga berpenampilan lebih menarik dari sebelumnya,” tutup Buyung. 
 
Menanggapi permasalahan tersebut, ICSB (International Council for Small Business) menginisiasikan program berbentuk pelatihan untuk menciptakan bisnis ojek yang mampu bersaing, khususnya bagi ojek pangkalan yang dirasa sedikit turun pamor jika dibandingkan dengan ojek online.
 

Related