OLX Jadi Alternatif Mencari Lowongan Kerja Informal

marketeers article

Selama ini situs lowongan kerja seperti Jobstreet dan lainnya menjadi favorit bagi calon pekerja mencari pekerjaan. Dan, situs sejenis kian bertebaran di tengah booming-nya startup digital di Indonesia. Siapa sangka situs jual beli barang bekas seperti OLX bisa menjadi alternatif mencari lowongan pekerjaan.

“Kami memang menjual barang bekas tapi kami juga membuka konsumen untuk menyediakan lowongan jasa. Sambutannya ternyata luar biasa karena banyak sekali sebenarnya berbagai bisnis dan sektor industri mencari jasa tertentu sesuai kebutuhan,” ujar Chief Marketing Officer OLX Edward Kilian di Jakarta beberapa waktu lalu.

Dari data yang dikumpulkan oleh situs consumer to consumer tersebut, selama awal 2016 atau kuartal pertama mulai Januari sampai Maret, ada sekitar 40.000 lowongan di OLX, atau naik 18% dari kuartal sebelumnya. Dari jumlah itu 32.000 dihubungi oleh calon pekerja yang berminat. Jika dirata-rata, satu iklan lowongan pekerjaan di OLX diminati sebanyak 10 pelamar.

“Tapi, kami punya pasarnya tersendiri. Sebagian besar lowongan di sini hadir dari sektor informal, bukan profesional. Jasa-jasa seperti tukang sampai kokilah yang ada di sini,” sambung Edward. Sebaliknya, selain lowongan pekerjaan, OLX juga menjadi favorit bagi seseorang untuk menawarkan jasa mereka.

Sekitar 150.000 iklan hadir selama kuartal pertama 2016 atau naik 34% dari kuartal sebelumnya. Dari situ sekitar 21.000 iklan laku atau naik 42%. Jika dirata-rata waktunya, dalam kurun waktu empat hari seseorang akan menghubungi dan menyatakan ingin memakai jasa pemasang iklan.

Sementara secara umum, OLX mengalami kenaikan 18% dalam hal jumlah transaksi pada kuartal pertama 2016. Ada sekitar 1,6 juta lebih transaksi dibanding kuartal sebelumnya sebesar 1,4 juta transaksi. OLX juga memperlihatkan kenaikan cukup signifikan dari nilainya. Pada periode yang sama, tercatat ada transaksi senilai Rp 73 triliun atau naik 43% dibanding kuartal sebelumnya yang sebesar Rp 51 triliun.

 

Editor: Eko Adiwaluyo

Related