Optimisme Bisnis di Asia Pasifik di Tengah Suhu Tinggi Perdagangan Global

marketeers article
export import global trade world map market international vector

Meski suhu perdagangan dunia sedang memanas, para pemimpin usaha di seluruh wilayah Asia Pasifik tetap optimistis bahwa pendapatan perusahaannya akan meningkat selama 12 bulan ke depan.   Hal ini terungkap dalam survei PwC pada 1189 pemimpin usaha di 21 negara anggota Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik (Asia-Pacific Economic Cooperation/APEC).

PwC menemukan bahwa 35% sangat optimistis dengan peningkatan pendapatan. Memang, angka ini sedikit turun dari tahun lalu yang mencapai 37%. Sedangkan secara bersih, sebanyak 51% berencana meningkatkan investasi di sepanjang tahun depan.

PwC mengadakan survei tersebut menjelang perhelatan CEO Summit APEC yang berlangsung pekan ini di Port Moresby, ibukota Papua New Guinea.   Para pemimpin usaha di Amerika Serikat (AS) dan Thailand termasuk di antara yang paling optimistis, dengan 57% dan 56% merasa ‘sangat optimistis’ dengan peningkatan pendapatan. Sedangkan para responden di Tiongkok dan Meksiko – dua mitra dagang terbesar AS – menunjukkan tingkat optimisme di bawah rata-rata, yaitu 25% dan 21%.

Setelah pengenaan tarif lebih lanjut antara AS dan Tiongkok di bulan September, survei kedua terhadap 100 pemimpin usaha di AS menunjukkan bahwa sebagian besar (69%) negara APEC memperkirakan adanya dampak positif tarif pada pendapatannya, dan hanya 27% memperkirakan adanya dampak negatif tarif pada biaya perusahaan.

Selain bersikap optimistis dengan pertumbuhan pendapatan, secara bersih, sebanyak 51% pemimpin usaha berencana meningkatkan volume investasi, naik dari angka 43% dua tahun lalu.  Para pemenang terbesar di antara semua negara APEC dalam hal investasi luar negeri adalah Vietnam, Tiongkok, AS, Australia, dan Thailand. Australia  masuk ke jajaran lima destinasi investasi teratas sebagai pendatang baru di kalangan responden. Indonesia tersingkir dari peringkat lima besar destinasi investasi tahun ini.

“Agar Indonesia dapat menarik investor dan masuk ke jajaran 5 besar destinasi investasi, kita harus dapat bekerja sama untuk menarik lebih banyak investor asing. Di samping itu, pengembangan keterampilan STEM juga diperlukan untuk meningkatkan daya saing di pasar saat ini,” kata Irhoan Tanudiredja, Senior Territory Partner dari PwC Indonesia, dalam siaran persnya.

Para pemimpin usaha juga memandang jauh melebihi pasar terbesar sebagai target investasinya di masa depan. Ketika ditanya soal negara APEC mana (selain AS dan Tiongkok) yang mempunyai kondisi yang tepat untuk memicu munculnya usaha rintisan ‘unicorn’ berikutnya yang tumbuh pesat, Singapura dan Jepang menjadi pilihan utama.

“Meskipun para pemimpin usaha tidak menyukai ketidakpastian dalam aspek bisnis mana pun, apalagi arus perdagangan, mereka belajar beradaptasi dengan realita baru dan mencari jalan untuk tumbuh dan berkembang,” kata Raymund Chao, Chairman PwC Tiongkok.

    Related