Paradoks: Permintaan RTD Teh Meningkat, Omzet Menurun

marketeers article

Semakin tahun, semakin banyak produk ready to drink atau minuman kemasan yang beredar di pasaran. Kehadiran ritel modern dinilai membantu pemain RTD untuk mudah menjangkau konsumen. Namun sayang, sepanjang tahun 2017, omzet penjualan RTD khususnya teh menurun 4% dibandingkan tahun sebelumnya.

Banyaknya pemain baru di bisnis tersebut seharusnya dianggap sebagai tanda pertumbuhan positif. Kendati, pada kenyataannya, pemain yang masif membuat persaingan dalam memperebutkan pangsa pasar semakin sengit. Hal ini membuat volume share menjadi meningkat, akan tetapi tidak untuk konsumsinya.

“Seharusnya, semakin banyak pemain, pasarnya tumbuh. Ini malah sebaliknya,” ujar Erick Harijanto, Marketing Manager RTD Tea & Juice Mayora saat ditemui di konferensi media Indonesia Marketeers Festival 2018 di Kantor MarkPlus, Inc. Kota Kasablanka.

Erick menganalisis, penurunan kategori RTD teh lebih disebabkan karena daya beli masyarakat yang menurun. Hal ini berimbas pada frekuensi mengonsumsi minuman RTD yang ikut lesu.

“Konsumen mulai berhati-hati dalam membelanjakan uangnya di pasar. Mereka tetap mengonsumsi minuman teh, namun mengurangi pembeliannya,” kata dia.

Apa yang menimpa industri teh kemasan cukup paradoks dengan hasil riset terbaru Kantar World Panel. Perusahaan riset itu menyatakan, dari sekian banyak kategori RTD, minuman teh dalam kemasan menjadi produk yang paling banyak dipilih konsumen di luar rumah.

Dari 30-40 perkotaan yang disurvei, produk teh menempati opsi pertama untuk produk yang dicari untuk konsumsi luar rumah, disusul oleh Air Minum Dalam Kemasan dan minuman kopi kemasan. Artinya, permintaan terhadap kategori ini masih amat tinggi.

Cari Cara untuk Tumbuh

Sejumlah pemain pun tengah mencari cara bagaimana meningkatkan pertumbuhan di tengah pasar yang declining. Beberapa pemain mencoba berinovasi di produk. Namun, ada pula yang percaya bahwa di saat pasar lesu, engagement dengan konsumen menjadi penawar. Teh Pucuk Harum menjajaki strategi go-to market tersebut.

“Di era seperti sampai saat ini, bagaimana harus selektif memilih aktivitas yang berdampak. Kolaborasi dengan pemain menjadi penting,” ujar Erick.

Erick mengatakan, pihaknya untuk pertama kalinya menjalin kemitraan dengan MarkPlus, Inc, menjadi partner untuk Indonesia Marketing Festival 2018 yang berlangsung di 17 kota nusantara.

Ajang tersebut, kata dia, sesuai dengan visi perusahaan yang ingin terus engage dengan konsumen langsung di seluruh Indonesia. “Kami juga meningkatkan kehadiran kami di 17 kota itu,” tambah dia.

Selain itu, CSR perusahaan pun diarahkan untuk meningkatkan brand image Teh Pucuk Harum sebagai salah satu minuman RTD yang pas untuk konsumsi luar rumah. Merek ini bekerja sama dengan Pemerintah DKI Jakarta untuk merevitalisasi pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di bidang kuliner. “Partnership dengan governement juga menjadi salah satu strategi branding kami,” ujar Erick.

Editor: Sigit Kurniawan

Related