Pariwisata Jangan Hanya Awareness, Harus Ada Transaksi

marketeers article

Beberapa waktu lalu, banyak netizen kagum dengan cara promosi destinasi Indonesia, di mana salah satunya Taman Nasional Komodo di jantung Kota New York, AS. Gambar hewan melata raksasa langka itu dilihat oleh banyak masyarakat New York yang lalu lalang. Bagi masyarakat Indonesia, kemunculan destinasi-destinasi Nusantara di luar negeri adalah sebuah kebanggaan tersendiri.

“Itu hanya salah satu cara pemasaran. Tujuan dari materi visual tersebut adalah menciptakan awareness. Setelah itu kami dorong ke arah transaksi lewat berbagai expo di luar negeri. Di sinilah terlihat hasil dari kampanye yang kami lakukan dengan indikator pembelian paket perjalanan atau penerbangan ke Indonesia. Wisatawan mancanegara ke Indonesia pun bertambah” ujar Deputi Bidang Mancanegara Kementerian Pariwisata I Gde Pitana sebagai pemenang Government Marketeers Award 2016 dari sektor kementerian.

Tahun lalu wisatawan mancanegara (wisman) ke Indonesia mencapai 10 juta alias sesuai target pemerintah. Dengan target 12 juta sepanjang 2016, Pitana dan kawan-kawan sudah menorehkan tren positif dengan berhasil mendatangkan 8.362.963 wisman sampai September 2016 lalu. Artinya ada kenaikan sebesar 8,51% di mana untuk kali pertama kunjungan wisman ke Indonesia mencapai satu juta selama Juli sampai September.

Kementerian Pariwisata di bawah naungan divisi mancanegara berhasil memanfaatkan momentum tepat ketika Presiden Jokowi sangat mendukung peningkatan wisman lewat anggaran lebih besar pada tahun 2016. Setidaknya Rp2,2 triliun digelontorkan untuk mempromosikan Indonesia ke luar negeri. Naik sangat signifikan dibanding tahun lalu sebesar Rp1 triliun. Strategi yang dilakukan oleh Kemenpar mencakup semua jaringan, mulai dari konvensional sampai online. Namun ketika ditanya bagaimana cara paling tepat, Pitana menjawab singkat, “Go digital,”

Pitana sendiri sebenarnya tidak yakin soal strategi digital tersebut. Namun ketika disajikan berbagai data terkait bahwa potensinya sangat besar, keyakinannya bertambah dan membuahkan hasil. Salah satu contoh, keberhasilan Indonesia menggaet wisman Tiongkok dengan berkolaborasi bersama jaringan Baidu, yang disebut-sebut sebagai Google-nya penduduk sana. Selain itu, buzzer dan influencer dari mancanegara diajak untuk melakukan perjalanan di beberapa destinasi Indonesia sehingga bisa share di media sosial masing-masing.

Selain kampanye marketing di berbagai channel, kebijakan yang dianggap memberi kontribusi signifikan, antara lain program promosi Bebas Visa Kunjungan (BVK), program Border Tourism, sampai hard selling bersama agen-agen perjalanan maupun maskapai penerbangan.

Kantong-kantong destinasi populer seperti Bali, Jakarta, dan Bintang masih menjadi andalan. Bali masih dianggap sebagai destinasi serba lengkap mulai dari alam sampai jasa. “Ketika mendarat di Bali ada perasaan sangat happy. Hawa liburan sudah terasa ketika sampai di bandara. Hal itu yang sebenarnya yang ingin dibangun di destinasi lain,” ungkap Pitana.

Selain Tiongkok, negara-negara yang berhasil menjadi penyumbang wisman besar ke Indonesia adalah Malaysia, Singapura, sampai Australia. Dalam waktu dekat, Pitana ingin segera menyasar India. Potensinya besar karena angka kunjungan ke Indonesia sudah di atas 300.000 jiwa. “Potensi sangat besar. Bahkan maskapai nasional kita sudah membuka jalur ke Mumbai,” sambungnya.

Ke depannya, Pitana menargetkan agar wisman ke Indonesia tidak hanya datang ke satu destinasi karena hanya ada satu penerbangan langsung dari negara mereka. Misalnya, wisman ke Bali bisa juga menyambangi Lombok dan Banyuwangi. Mereka yang ke Jakarta bisa juga mengunjungi Bandung atau Yogyakarta. Menurut Pitana, wilayah Manado sudah menjadi destinasi potensial lainnya karena punya penerbangan langsung dari luar Indonesia.

“Di sana tidak hanya mengembangkan Bunaken saja. Tapi potensi sekitarnya juga, semisal Bitung dan Minahasa Utara. Tahun-tahun mendatang pun kami akan terus menggenjot jumlah turis wisman dengan target 15 juta sepanjang 2017,” tutup Pitana.

Artikel selengkapnya bisa dibaca di
Majalah Marketeers edisi Des 2016-Jan 2017

    Related