Pasar Investasi Farmasi Kantongi Fasilitas Insentif

marketeers article
37082550 bucharest, romania february 23, 2015: medical drug pills and supplements on pharmacy stand.

Menjadi salah satu sektor dengan kinerja gemilang dan kontribusi signifikan bagi perekonomian nasional, industri farmasi, produk obat kimia, dan obat tradisional kian dilirik untuk dikembangkan. Bukan sekadar untuk memenuhi pasar domestik, investasi ditarik guna menambah jumlah ekspor ke pasar global. Fasilitas insentif pun disiapkan untuk memikat lebih banyak investor menaruh investasi ke sektor ini.

Industri farmasi, produk obat kimia, dan obat tradisional pada triwulan I 2019 mencatatkan pertumbuhan cukup baik, mencapai 8,12% melampaui pertumbuhan ekonomi (5,07%). Industri ini juga memberikan kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) industri pengolahan nonmigas sebesar 3,24%.

Direktur Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil (IKFT) Kementerian Perindustrian Achmad Sigit Dwiwahjono mengatakan, salah satu faktor utama pertumbuhan industri farmasi dipengaruhi oleh program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dengan nilai pasar yang besar.  Alhasil, kebutuhan pasar domestik pun kian besar.

“Investasi sektor ini dipacu bukan hanya untuk mengisi pasar ekspor yang menembus US$1,14 miliar pada 2018, melainkan untuk memenuhi 75% kebutuhan obat di pasar domestik,” kata Sigit di Cikarang, Selasa (02/07/2019).

Ia menjelaskan, industri farmasi di sektor hulu atau produsen bahan baku perlu terus dikembangkan karena nilai tambah produk farmasi akan meningkat jika sektor hulu dan hilir terintegrasi. Selain itu, pengembangan sektor hulu juga bisa menjadi substitusi impor bahan baku sehingga dapat menekan defisit neraca dagang di sektor industri farmasi.

“Guna mengembangkan industri hulu dan substitusi impor perlu investasi. Pemerintah memberikan dukungan fiskal terhadap pertumbuhan industri farmasi melalui tax allowancetax holiday, serta super deductible tax yang diberikan bagi industri yang terlibat dalam program vokasi dan inovasi melalui Research and Development (R&D),” papar Sigit.

Pemanfaatan teknologi dan kecerdasan digital dimulai dari proses produksi dan distribusi. Hal ini diyakini Sigit akan memberikan peluang baru serta meningkatkan daya saing industri farmasi, dan diharapkan dapat mendorong pengembangan pasar ekspor. Amerika Latin, Eropa Timur, Rusia, dan Afrika menjadi deretan negara yang ditargetkan untuk dibidik sebagai pasar ekspor industri farmasi Indonesia.

Saat ini, terdapat 206 perusahaan industri farmasi di dalam negeri. 178 perusahaan diantaranya berstatus swasta nasional, 24 perusahaan lain merupakan Multi National Company (MNC), sementara empat perusahaan lain berstatus Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

“Farmasi sendiri merupakan industri padat modal atau capital intensive. Untuk itu, pemerintah memberikan apresiasi terhadap investasi dan perluasan pasar yang dilakukan oleh pelaku industri farmasi bagi pengembangan fasilitas produksinya di dalam negeri, sehingga dapat meningkatkan kualitas dan daya saingnya di pasar health care international,” pungkas Sigit.

 

Editor: Eko Adiwaluyo

Related