Pembiayaan Multiguna Semakin Tumbuh Pesat di Tahun 2018

marketeers article
Car finance money stack with white background.

Pertumbuhan industri pembiayaan terpengaruh langsung oleh kondisi di industri otomotif, baik roda empat dan roda dua. Ketika industri otomotif mengalami tumbuh pesat, maka industri pembiayaan pun ikut berpesta. Berlaku pula sebaliknya, seperti yang terjadi dalam dua tahun belakangan ini.

Dalam dua tahun ini, pasar kendaraan roda empat cenderung stagnan di kisaran 1,05 juta unit. Sedangkan kendaraan roda dua lebih tidak beruntung karena tahun lalu turun bila dibanding tahun sebelumnya. Untuk tahun ini, sepertinya belum beranjak dari tahun lalu dengan angka penjualan di kisaran 5,9 juta unit.

Wakil Ketua Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) Jodjana Jody mengatakan bahwa melambatnya pasar otomotif ini lantaran masyarakat cenderung menahan pengeluaran untuk konsumsi. Terutama, bila nilai yang dikeluarkan cukup besar, seperti untuk pembelian kendaraan bermotor.

“Pasar otomotif, khususnya mobil, terbesar ada di Jabodetabek. Porsi penjualan di wilayah ini mencapai 40%. Dan, tahun ini seperti kita tahu di wilayah ini terjadi dinamika politik yang sangat tinggi yang diyakini membuat masyarakat wait and see. Meski begitu, industri pembiayaan tetap membukukan pertumbuhan di tahun ini,” kata Jodjana.

Jodjana menambahkan penjualan kendaraan untuk sektor pertambangan dan alat berat sudah mulai merangkak sejak kuartal II lalu. Hal ini sejalan dengan harga batu bara yang naik pada pertengahan tahun ini.  Secara otomatis kondisi ini membuat pembiayaan alat berat terus meningkat. “Bahkan, menurut Jodjana, di periode tersebut market sejumlah multifinance terus terangkat,” katanya.

Memang, meskipun pasar otomotif yang menjadi pasar utama industri pembiayaan mengalami stagnasi, industri pembiayan relatif mengalami pertumbuhan. Menurut data dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) hingga kuartal III tahun ini,  total aset industri pembiayaan mengalami peningkatan sebesar 7,8% dibanding periode yang sama tahun lalu. Angkanya, meningkat dari Rp 434,52 triliun menjadi Rp 468 triliun di tahun ini.  Pembiayan sempat menurun di tahun 2016, turun sekitar 2,19% dibandingkan periode sama tahun 2015 yang mencapai Rp 444,27 triliun.

“Pertumbuhan tahun ini tidak bisa lepas dari pembangunan infrastruktur oleh pemerintah. Pembayaran biaya proyek-proyek yang sedang berjalan terjadi di awal semester II, sehingga demand terhadap pembiayaan juga ikut naik, baik untuk pembiayaan kendaraan alat berat dan penumpang,” kata Ignatius Susatyo Wijoyo, President Director PT Mandiri Tunas Finance.

Saat ini, cakupan usaha yang biasa dibiayai menjadi sangat beragam dan luas. Mancakup pembiayaan investasi, pembiayaan infrastruktur, pembiayaan modal kerja, dan pembiayaan multiguna. Produk-produk pembiayaan multiguna yang telah dipasarkan oleh para pemain di industri ini mulai mendapat respon positif dari masyarakat. Sehingga, menjadi salah satu pendongkrak pertumbuhan industri ini.

Bahkan, sebagian pemain sudah melaju cukup kencang dalam membiayai sektor-sektor baru ini. Seperti halnya ACC yang pembiayaan multigunanya telah memberikan kontribusi hingga 10% dari total pembiayaan. “Sekarang ini, para perusahaan pembiayaan sudah mulai melakukan diversifikasi produk, termasuk kami di ACC,” kata Jodjana yang juga President Director PT Astra Sedaya Finance.

Bagaimana dengan tahun depan? Melihat faktor-faktor positif di tahun ini, seperti harga komoditas dan mulai membaiknya segmen kendaraan komersial, harapannya akan meningkatkan konsumsi masyarakat serta membuat permintaan pada pembiayaan naik. Ditambah pula dengan gencarnya pembangunan infrastruktur juga akan mendorong pertumbuhan sektor lain, termasuk pembiayaan.

Francis Lay Sioe Ho, President Director & CEO PT BFI Finance Indonesia Tbk., menambahkan bahwa pada tahun 2018 diperkirakan industri pembiayaan akan mengalami pertumbuhan yang cukup prospektif. Diperkirakan perusahaan yang memiliki business model yang baik dan reputasi performance yang stabil akan dapat melakukan ekspansi bisnis dengan dukungan induk usahanya dan bank sumber pendanaan. “Kompetisi akan lebih ketat dengan usaha tiap perusahaan untuk meningkatkan market share mereka,” katanya.

    Related