Pemerintah Antusias Ciptakan Unicorn Berbasis Fintech

marketeers article
fintech icon on abstract financial technology background represent Blockchain and Fintech Investment Financial Internet Technology Concept.

Ekonomi digital saat ini menjadi salah satu tulang punggung perekonomian nasional. Ekonomi ini juga bisa dioptimalisasikan untuk meningkatkan aliran investasi ke dalam negeri. Hal ini ditegaskan oleh Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara.

“Kita ingin menciptakan unicorn yang berbasis fintech. Dengan memiliki unicorn berbasis fintech, kita akan meningkatkan aliran investasi. Tahun lalu, aliran Investasi asing yang masuk ke indonesia dalam sektor digital mencapai Rp 3.7 miliar,” tuturnya dalam Sesi Diskusi Panel The Next Frontier of Asia’s Financial Service dalam Peluncuran Perdana CNBC Indonesia di The Trans Resort Bali, Badung, Rabu (10/10/2018) seperti dikutip dari keterangan resmi Kemenkominfo.

Rudiantara, Kementerian Kominfo sangat peduli untuk mengembangkan financial technology.  “Mengapa harus memajukan fintech? Kita ingin promosikan fintech karena saya ingin meningkatkan laju investasi asing ke dalam negeri, bukan sebaliknya,” tandasnya.

Rudiantara menyatakan saat ini tidak ada unicorn yang berbasis fintech  di Indonesia. “Karena  itu saya ingin menciptakan unicorn lain, yang berdasarkan fintech. Yang kita punya adalah unicorn di bidang transportasi online dan gaya hidup seperti GoJek  dan marketplace. Belum ada unicorn yang berbasis fintech,” tambahnya.

Sebab itu, pemerintah menurut Menteri Kominfo menerapkan regulasi yang akomodatif bagi perkembangan ekonomi digital. “Kita memiliki  “regulasi yang sedikit longgar” tentang  dunia digital. Kita tidak ingin menerapkan regulasi di sektor digital yang terlalu ketat,” jelasnya.

Salah satu pertimbangan untuk memajukan fintech berkaitan dengan upaya pemerintah untuk mendorong ekonomi inklusif.  “Kita harus terus melakukan upaya untuk memajukan fintech.  Pendekatan perbankan  masih melakukan model usaha lama. Dan mereka memiliki konflik kepentingan,” ungkapnya.

Rudiantara menegaskan upaya memajuka fintech akan bisa memberikan akses kepada sekitar 80 juta orang yang belum memiliki akses perbankan tapi memiliki telepon seluler.  “Tujuannya adalah bagaimana kita mengisi kesenjangan yang tercipta dari 80 juta kanal distribusi yang belum tersentuh. Tujuannya adalah inklusi keuangan, terus promosikan fintech,” ungkapnya.

Perkembangan itu, menurut Rudiantara, harus dipacu secara anorganik. Pasalnya pendekatan pertumbuhan organik melalui perbankan tidak akan bisa mempercepat akses kepada keuangan inklusif.

“Dan jika pada akhirnya mungkin bank ingin mengakuisisi fintech ini, ya sudah biarkan saja karena ini business-to-business. Saya tidak percaya jika dalam dunia perbankan digital atau sektor keuangan bank dapat tumbuh secara organik, mereka harus tumbuh secara anorganik,’ jelasnya.

Pendekatan itu ditegaskan Rudiantara sebagai pendekatan kementeriannya untuk memberikan akses kepada 80 juta pasar yang belum tersentuh perbankan. “Pola pikirnya berbeda. harus secara anorganik. Terus promosikan fintech, dan terus upayakan untuk dapat menyentuh 80 juta pasar yang belum tersentuh, dan terus tingkatkan inklusivitas keuangan. Ini posisi saya,” tegasnya.

Related