Pemerintah Dorong Industri Baja Otomotif Tanah Air

marketeers article

PT Krakatau Nippon Steel Sumikin (KNSS) berinvestasi dengan nilai US$300 juta dengan target penyerapan tenaga kerja sebanyak 280 orang pada pabrik Galvanizing, Annealing and Processing Line (GAPL) di Cilegon, Banten.

Direktur PT Krakatau Nippon Steel Sumikin (KNSS) Djoko Muljono menyampaikan, sebagai produsen penghasil baja otomotif di Indonesia dan didukung oleh sumber daya manusia yang profesional, KNSS berkomitmen mendukung kemajuan industri baja di Indonesia.

“Melalui teknologi canggih, KNSS akan menghasilkan lembaran baja berkualitas dan bermutu tinggi untuk menghadapi kebutuhan mobil berstandar tinggi,” ujarnya.

KNSS pun optimistis bahwa produk-produk yang dihasilkan akan dapat diterima baik oleh pasar domestik maupun luar negeri. “Kehadiran KNSS diharapkan dapat memberikan kontribusi yang signifikan bagi industri otomotif di Indonesia,” imbuh Djoko.

Sebelumnya, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menyampaikan, pemerintah bertekad untuk melindungi pasar industri baja di dalam negeri dari serbuan produk impor seiring dengan peningkatan kapasitas produksi di tingkat global. Untuk itu, diperlukan upaya sinkronisasi kebijakan yang berpihak kepada industri baja nasional mengingat potensi pasar domestik yang masih prospektif ke depannya.

“Apalagi, sebagai komponen dasar pertumbuhan ekonomi di setiap negara, industri baja disebut sebagai the mother of industries yang merupakan tulang punggung bagi aktivitas sektor industri lainnya, seperti permesinan dan peralatan, otomotif, maritim, serta elektronik,” tuturnya.

Kemenperin mencatat, kebutuhan crude steel (baja kasar) nasional saat ini hampir mencapai 14 juta ton, namun baru bisa dipenuhi produksi crude steel dalam negeri sebanyak 8-9 juta ton per tahun. Sisanya dipasok dari China, Jepang, Korea Selatan, Taiwan, India, dan lain-lain.

Karenanya, Kemenperin semakin memacu peningkatan kapasitas produksi industri baja nasional. “Produksi industri baja dalam negeri terus dioptimalkan dan diarahkan pada pengembangan produk khusus bernilai tambah tinggi, sehingga kita tidak perlu lagi impor,” tegas Airlangga.

Kemenperin pun mendorong percepatan pembangunan klaster industri baja, misalnya di Cilegon, Banten yang ditargetkan dapat memproduksi hingga 10 juta ton baja pada tahun 2025. Selain itu, klaster industri baja di Batulicin, Kalimantan Selatan dan Morowali, Sulawesi Tengah.

Related