Pendiri Startup Tidak Harus Jebolan Luar Negeri

marketeers article

“Dulu, bisnis e-commerce dan marketplace cukup meragukan, mengingat metode pembayaran masih sangat terbatas. Sekarang, konsumen bisa membayar secara offline lewat minimarket. Makanya potensinya besar dan membuat anak muda zaman sekarang mulai bercita-cita buka usaha sendiri dibanding bekerja di kantor,” ujar Andy Noya dalam acara The Big Bang Show yang kali ini digelar di ajang Marketeers Creativity Day di Galeri Indonesia WOW! Jakarta pada Minggu (24/4/2016).

Itu tercermin dalam diri CEO dan founder Tokopedia William Tanuwijaya yang mendirikan usahanya sembilan tahun lalu dan bisa besar menjadi seperti saat ini. Menurut Andy, anak-anak muda Indonesia ini mengambil inspirasi dari para pendiri Google dan startup-startup sukses lainnya di Silicon Valley, Amerika Serikat sana. Selain masalah modal, ide brilian saja bisa sukses.

Menurut William, ide itu dibangun dari proses dan kenyatannya tidak mudah. Sebagai startup digital, punya modal adalah salah satu pijakan agar usahanya bisa berkembang besar. Kisah William mencari modal berawal ketika ia datang ke orang kaya satu-satunya yang ia kenal. Kenalannya itu kemudian membawa William dikenalkan kepada sesama investor-investor lain.

Langsung berhasil? Jawabannya tidak. Karena bolak-balik bertemu investor William bertemu kegagalan. Alasannya variatif. “Investor pada saat itu takut soal kompetisi. Jika bisnis digital ini booming, pemain-pemain besar dari luar akan datang ke Indonesia. Bagaimana pemain lokal bisa menahan dan melawannya,” kenang William.

Masa lalu dan rekam jejak pun menjadi bahan pertimbangan. Salah satu tantangan berat adalah karena William datang dari keluarga biasa-biasa saja. Sementara latar belakang pendidikan pun hanya swasta lokal. Berbeda dengan pendiri startup lainnya yang datang dari perguruan tinggi luar negeri. Masalah Bahasa Inggris pun sempat menjadi kendala.

Tapi, kisah William ini berbanding terbalik dengan kenyataannya sekarang. Tokopedia sukses menggaet investor besar terutama dari Jepang dan menjadi salah satu perusahaan digital dengan valuasi terbesar tidak hanya di Indonesia, tetapi di Asia Tenggara.

Satu kisah menarik lagi dari William bahwasannya dirinya adalah seseorang introvert. Berbicara di depan umum adalah ketakutan terbesarnya.

“Waktu Tokopedia masih sepuluh sampai dua puluh orang, itu masih biasa saja. Ketika sudah 40 orang, saya gugup gemetaran luar biasa untuk berbicara di depan mereka. Tapi, pegawai-pegawai Tokopedia mendukung saya untuk bisa lancar berbicara di depan umum. Hal itu saya latih sampai sekarang,” tutup William.

Editor: Sigit Kurniawan

Related