Penjualan Es Krim Tumbuh 10% Tahun ini

marketeers article

Sebagai bagian dari consumer goods, pasar es krim sangat dipengaruhi oleh daya beli konsumen. Ketika daya beli konsumen turun, otomotis industri ini juga ikut goyah. Apalagi, es krim bukan makanan pokok dan merupakan salah satu jenis makanan selingan dari sekian banyak kudapan yang tersedia.

Kendati demikian, pasar es krim masih terasa manis sampai dengan akhir tahun. Setidaknya, Adji Andjono, National Sales & Marketing Manager PT Campina Ice Cream Industry, mengatakan, berdasarkan laporan Nielsen, pasar es krim secara penjualan meningkat 10% dari tahun sebelumnya.

“Pertumbuhan 10% itu lumayan baik. Meskipun tidak sebaik tiga tahun sebelumnya yang bisa sampai 30%,” tutur Adji kepada Marketeers seusai meluncurkan varian baru Concerto, merek es krim dari Campina yang menyasar segmen anak muda.

Adji melanjutkan, konsumsi es krim per kapita per tahun mengalami stagnansi atau masih berada di level 0,6 liter. Jumlah tersebut bahkan jauh lebih rendah dari negara Asean seperti Filipina yang mencapai 2-3 liter per kapita/tahun, Malaysia 2,1 liter per kapita/liter, dan Thailand 2 liter per kapita/tahun.

Kendati demikian, Adji membeberkan alasan mengapa pasar es krim punya potensi besar untuk tumbuh. Pertama, penduduk Indonesia yang hampir menyentuh 250 juta jiwa menjadi market potensial. Sebab, 50% penduduknya berusia 30 tahun ke bawah. Selain itu, pendapatan per kapita terus melaju yang saat ini menembus US$ 3.800.

Kedua, Indonesia beriklim tropis sehingga es krim sangat cocok dikonsumsi ketika panas. Dan, 60% dari penduduk kita saat ini berada di perkotaan. Mengonsumsi es krim pun menjadi gaya hidup urban,” paparnya.

Adji mengaku, pertumbuhan penjualan Campina sebesar 10%, seperti pergerakan industri. Adapun market share perusahaan asal Surabaya yang berdiri 44 tahun silam ini adalah 25%. Torehan ini membawa Campina berada di dua besar pemain es krim di Indonesia setelah Wall’s Unilever.

“Dengan situasi ekonomi yang tidak mudah, fokus kami adalah bagaimana bisnis bisa tumbuh, memberikan profitabilitas yang baik dengan memperhatikan cost operation agar bisa menghadapi tahun-tahun mendatang,” ungkap Adji.

Campina membagi portofolio merek es krimnya ke dalam tiga kategori. Pertama, kategori adult dengan salah satu mereknya Luve Litee yang berkontribusi 20% terhadapan pendapatan perusahaa. Kedua, kategori teens dengan mereknya Concerto menguasai sekitar 30%.

Ketiga, kategori kids yang berkontribusi paling besar bagi pendapaan perusahaan alias sebesar 40%. Hal ini diperkuat dengan co-branding antara Campina dan jaringan TV kabel khusus anak-anak Nicklodeon. Dari sana, Campina menjadi satu-satunya pemegang lisensi produk es krim ‘Spongebob’ dan ‘Avatar’ di Asia Tenggara.

Campina didirikan pada tahun 1972 oleh Darmo Hadipranoto, dan pada tahun 1994 menjadi bagian dari PT Ultra Jaya Milk Industry milik keluarga Sabana Prawirawidjaja.

Related