Pentingnya Data Transaksi Dalam Pengembangan Destinasi Pariwisata

marketeers article
Tropical coastline of Nusa Penida island. Bali. Indonesia.

Urbanisasi saat ini tumbuh dengan sangat pesat. PBB memprediksikan bahwa hampir 70% populasi dunia akan tinggal di area-area perkotaan pada tahun 2050, dan 90% dari peningkatan populasi perkotaan ini akan terjadi di kawasan Asia dan Afrika.

Urbanisasi membawa berbagai keuntungan, seperti peningkatan jumlah tenaga kerja dan permintaan produk dan layanan, serta pemasukkan negara yang berasal dari sektor pariwisata, yang pada akhirnya turut mendorong peningkatan PDB. Hal ini terlihat di Vietnam, Malaysia serta negara-negara lainnya di kawasan Asia Tenggara.

Namun pada saat yang bersamaan, urbanisasi juga membawa berbagai tantangan baru. Pada saat kota-kota mengalami pertambahan penduduk, pertumbuhan populasi, berarti akan ada peningkatan kebutuhan akan lapangan pekerjaan, sumber daya, serta sistem kesehatan, pendidikan, dan transportasi yang lebih memadai.

Menurut Rupert Naylor, Senior Vice President of Mastercard Advisors di Asia Pasifik, maslaah urbanisasi tidak bisa diselesaikan oleh pemerintah saja. “Mastercard percaya bahwa kerja sama antara pemerintah dan sektor swasta dapat mempercepat peningkatan kualitas hidup, memberikan pengalaman sehari-hari yang efisien dan mudah, serta menciptakan perubahan, terutama di area-area yang memiliki visibilitas dan pertumbuhan tinggi seperti sektor pariwisata,” ujarnya.

Pertumbuhan wisatawan yang didorong oleh tujuan bisnis dan pendidikan melahirkan sebuah peluang bagi kota-kota di Asia Tenggara untuk mendapatkan penghasilan lain di luar para wisatawan mancanegara yang berkunjung dengan tujuan untuk berlibur. Data transaksi Mastercard secara lebih jauh menunjukkan bahwa selain pengunjung korporat dan pelajar, wisatawan yang berkunjung ke sebuah destinasi spesifik di kawasan Asia Tenggara, didorong oleh sebuah tujuan khusus. Contohnya, Thailand mendapatkan pemasukan tertinggi dari sektor kesehatan, Vietnam dari fine dining. Sementara, Laos dan Myanmar dari paket perjalanan.

Pengetahuan mengenai jumlah pengeluaran wisatawan membantu membuka data-data rinci seperti dari mana asal segmen turis tertentu, tujuan mereka pergi, profil masing-masing segmen, dan apa yang dilakukan oleh masing-masing segmen di tempat-tempat wisata mereka. Pengetahuan terinci ini dapat memberikan informasi yang dibutuhkan oleh pemerintah dan perencana kota untuk mengambil tindakan tepat yang dapat meningkatan pemasukkan dari pariwisata inbound.

Dengan memanfaatkan pengetahuan dari data transaksi Mastercard untuk mengidentifikasi kategori pengeluaran terbesar, misalnya, kota-kota dapat membuat kampanye pariwisata yang spesifik pada kategori tertentu. Demikian juga halnya dengan pengetahuan yang lebih baik mengenai pariwisata. Contoh, wisatawan Rusia yang mengunjungi pantai-pantai di Thailand, dan Bali yang memperoleh pemasukkan signifikan dari wisatawan Australia dan India. Hal ini memungkinkan perencana-perencana kota untuk menyesuaikan penawaran-penawaran mereka agar sesuai dengan preferensi dan kebutuhan masing-masing segmen, termasuk mengimplementasikan program-program dukungan bahasa bagi negara-negara tertentu di destinasi-destinasi populer.

“Pengeluaran konsumen di bidang pariwisata memiliki efek berantai dalam perekonomian, seperti menciptakan lapangan kerja dan peluang baru bagi pelaku usaha dan komunitas setempat,” tutup Rupert.

Editor: Sigit Kurniawan

 

Related