Didominasi Jalur Bogor, Penumpang KRL Tembus Satu Juta Per Hari

marketeers article
KRL Jabodetabek

Salah satu opsi moda transportasi penduduk Jakarta dan sekitarnya KRL baru saja ditimpa musibah. Stasiun Klender yang menghubungkan Kota Jakarta dan Bekasi mengalami kebakaran sehingga sempat menghambat arus lalu lintas kereta walau tidak lama. Padahal KRL adalah salah satu transportasi pilihan penduduk Bekasi yang bekerja di ibu kota karena kecepatannya serta tentu saja tidak akan terjebak kemacetan.

Berdasarkan data  dari operator KRL yaitu KCJ (KAI Commuter Jabodetabek), jumlah penumpang setiap harinya sudah melebihi angka satu juta. “Per 8 Mei 2017 lalu, sudah menyentuh angka 1.014.000 penumpang. Itu rekor terbanyak selama ini,” ujar Dirut KCJ Muhammad Nurul Fadhila di Jakarta beberapa waktu lalu.

Menurutnya, jika dirata-ratakan akhir-akhir ini, jumlah penumpang per hari mencapai 970 ribu. Bandingkan dengan dua tahun lalu saja, yang rata-rata per hari “hanya” mengangkut sekiitar 690 ribu penumpang.

Faktornya ternyata macam-macam. Selain kecepatan, rupanya semakin meningkatnya jumlah perumahan di kota-kota sekitar Jakarta tersebut mendorong semakin tingginya penggunaan KRL. Semisal di Bogor, menurut Fadhila pertumbuhan perumahan yang pesat di kawasan tersebut membuat banyak orang memilih moda transportasi kereta terutama jaraknya yang jauh ke ibu kota.

Apalagi mayoritas penumpang KRL sekitar 70%-nya merupakan pekerja kantoran yang biasa memenuhi stasiun pada pagi hari untuk diangkut ke Jakarta. Akibatnya kereta yang bergerak ke arah sebaliknya justru agak sepi karena sangat jarang yang melakukan perjalanan berlawanan arah terutama untuk ke kantor.

“Tapi itu dua tahun lalu. Sekarang arah sebaliknya walau pagi-pagi tetap ramai. Kami kan selama ini tidak tahu ada juga penduduk tinggal di Jakarta ternyata bekerja di Bogor. Jadi kalau jam pergi kantor, dari arah luar Jakarta ke Jakarta ramai, sebaliknya juga ramai. Selain itu perumahan di kawasan Bogor terutama, tumbuh pesat. Kawasan pariwisatanya juga ikut tumbuh. Makanya arah Jakarta-Bogor tidak pernah sepi,” sambung Fadhila.

Tidak heran memang karena jalur ke Bogor mendominasi lintasan KRL sebanyak 69%. Sementara sisanya semisal arah Bekasi yang baru terkena musibah, “hanya” mendominasi sebesar 13% saja. Sisanya adalah jalur ke Serpong sebanyak 11% dan sekitar 4% ke arah Tangerang.

Tapi jangan salah, pertumbuhan pesat jumlah penumpang tidak membuat seseorang loyal dan terus menggunakan KRL. Walau mungkin benar-benar menjadi solusi bagi mereka yang berumah jauh, tetap saja keterlambatan masih menjadi masalah klasik yang sulit dihindari.

Fadhila menyadari jika keterlambatan tidak bisa ditekan sampai nol. Pasti ada saja. Bahkan kalau ada KRL sudah terlambat dari jadwal sampai tiga kali, masyarakat akan memilih moda transportasi lain. “Di zaman sekarang tidak ada konsumen loyal. Buat KRL juga begitu. Kalau misal sering telat mereka pasti akan mencari moda transportasi alternatif lain,” sambungnya.

Ada dua alternatif yang dihadapi oleh KCJ dalam menentukan solusi semakin membludaknya penumpang sekaligus menekan keterlambatan. Pilihan pertama adalah menambah jadwal keberangkatan. Artinya ada penambahan moda kereta untuk menampung banyaknya penumpang.

Kedua adalah solusi menambah gerbong. Jadwal tetap namun gerbong lebih panjang sehingga penumpang muat banyak. Dari keduanya, KCJ melakukan pilihan kedua. Alasannya, jika jadwal ditambah, maka jalur lintasan transportasi lain yang bersinggungan dengan KRL tidak akan pernah dibuka karena pasti akan ditutup terus karena semakin banyaknya kereta melintas.

Sementara pilihan kedua lebih realistis karena tidak akan mengganggu jadwal persinggungan dengan transportasi lain. Pada awalnya jumlah rangkaian per jadwal keberangkatan bisa sampai 10 gerbong. Namun Fadhila mengakui ekspektasi jumlah penumpang melebihi perkiraan. Sekarang setiap keberangkatan bisa membawa sampai 12 gerbong.

KCJ menargetkan bisa mengangkut penumpang sampai 1,2 juta per hari pada 2019. Fadhila yakin jumlah tersebut bisa digapai karena dengan sekarang menembus angka satu juta per hari pun sudah di atas target.

    Related