Peran Vital Dosen dalam Edukasi Keuangan di Daerah

marketeers article
Speaker at Business Conference with Public Presentations. Audience at the conference hall. Entrepreneurship club. Rear view. Horisontal composition. Background blur.

Permasalahan edukasi yang menjadi isu utama inklusi keuangan di Indonesia menjadi perhatian para dosen sebagai salah satu ujung tombak dunia pendidikan. Association of Lectures for Financial and Economic Development (ALFED), sebuah asosiasi bagi para dosen di seluruh Indonesia yang berfokus pada pengembangan keuangan dan ekonomi daerah menyadari kebutuhan ini. ALFED merupakan asosiasi yang diinisiasi oleh HSBC Indonesia dan Putera Sampoerna Foundation (PSF) melalui Sampoerna University (SU).

“Dosen adalah tulang punggung pemacu edukasi keuangan di daerah. Dengan peran Tri Dharmanya, mereka dapat membantu meneliti dan memetakan kebutuhan masyarakat di daerah, melihat peluang intervensi dari hasil penelitian tersebut dan melakukan kegiatan pemberdayaan masyarakat yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat tersebut,” kata Bambang Setiono, Ketua Umum ALFED yang juga dosen Sampoerna University dalam keterangan resmi yang diterima Marketeers, Senin (12/12/2016).

Sebagai bagian dari inisiatifnya, ALFED mendorong para dosen mengadakan Program Pemberdayaan Komunitas di daerah masing-masing. Meski ALFED baru diluncurkan 21 Oktober 2016, tercatat sampai saat ini sudah tersusun delapan program dari enam daerah di Indonesia. Salah satu program menarik datang dari Nusa Tenggara Timur (NTT).

Di NTT, salah satu permasalahan utama adalah rendahnya ketertarikan warga usia produktif untuk berkarya di daerah asalnya dan justru memilih untuk merantau ke kota besar. Maka, program yang dicanangkan ALFED NTT adalah pelatihan pemberdayaan usaha mikro agar masyarakat bisa menjadi lebih produktif di wilayahnya sendiri. Salah satu keterampilan yang diajarkan adalah menyusun laporan keuangan.

Enos Kabu, Koordinator Wilayah ALFED NTT yang juga dosen di Politeknik Negeri Kupang berpendapat, laporan keuangan merupakan komponen penting yang mampu mendukung usaha mikro mendapatkan kepercayaan dari pihak lain. Laporan yang tersusun jelas dan tepat juga akan mempermudah proses pendanaan, yang berdampak jangka panjang terhadap kelangsungan usaha. Melalui pelatihan tersebut, Enos menyebutkan sudah ada sekitar 100 orang yang kini memahami cara menyusun laporan keuangan.

“Untuk di daerah seperti NTT, kemampuan menyusun laporan keuangan itu belum banyak dimiliki pebisnis mikro. Kami berusaha terus menumbuhkan semangat wirausaha agar mereka bisa berkarya di NTT, yang ujungnya adalah peningkatan inklusi keuangan. Kami juga akan terus melakukan pendampingan dan rangkaian pelatihan lain, agar sifat kegiatan ini berkelanjutan,” tutur Enos.

 

Editor: Eko Adiwaluyo

Related