Brand, Perhatikan Faktor Ini Saat Memilih Brand Ambassador

marketeers article
Marketeers Model Brand Ambassador 2017

Sejumlah brand dari dalam dan luar negeri gencar menggunakan influencer sebagai brand ambassador mereka. Sebut saja Cindercella yang dipilih Maybelline atau Michael Jordan untuk Nike. Namun, sejumlah pemain mengatakan penggunaan influencer atau brand ambassador belakangan tidak menjamin kesuksesan penjualan sebuah produk. Lalu, bagaimana memilih brand ambassador yang tepat?

Ditemui di salah satu sesi kelas Marketeers Model Brand Ambassador di Jakarta, Rabu (02/11/2017), Director of Sales and Marketing Miracle Aesthetic Clinic Group Dewi Purnamawati memaparkan sejumlah hal yang harus diperhatikan brand dalam memilih brand ambassador.

Kredibilitas

Persoalan kredibilitas dikatakan Dewi menjadi hal utama yang harus diperhatikan brand dalam memilih brand ambassador. “Brand harus melihat seperti apa nilai dan citra yang dimiliki pribadi tersebut. Apakah hal tersebut sesuai dengan kesan dan tujuan dari brand yang bersangkutan,” kata Dewi.

Kredibilitas brand ambassador kian dibutuhkan. Pasalnya, masyarakat saat ini diungkapkan VP Brand and Product Development Tiara Adikusumah semakin cerdas dalam menangkap konten dari brand.

“Masyarakat saat ini semakin cerdas. Mereka tidak mudah termakan endorsement yang diberikan brand kepada para influencer. Untuk itu, strategi yang diciptakan brand juga harus lebih soft. Influencer yang terlalu sering melakukan hard selling akan memiliki nilai kredibilitas yang sedikit menurun di mata konsumen,” terang Tiara.

Popularitas

Popularitas jelas menjadi pertimbangan dalam memilih brand ambassador. Dewi mengungkapkan, setiap influencer memiliki jangkauan followers yang berbeda-beda, dan ini perlu dipertimbangkan brand.

“Memperhatikan ketepatan antara target market dari brand dengan followers dari calon brand ambassador akan menentukan ketepatan strategi pemasaran yang disampaikan. Apa pun profesi calon influencer tersebut, apakah atlet, selebriti, atau pakar, pastikan brand ambassador itu mampu berinteraksi dengan target market kita,” jelas Dewi.

Intelligence

Sekadar populer dan kredibel saja tidak cukup dalam memilih brand ambassador. Dewi menerangkan, kemampuan intelektual yang baik diperlukan untuk menjamin kerja sama yang baik antara kedua belah pihak.

“Seorang brand ambassador harus memiliki kemampuan untuk bertindak dan berpikir secara terarah. Mereka harus mampu memahami dan mengembangkan konsep yang diinginkan brand agar nilai-nilai yang ingin dibangun tidak berubah dari harapan brand,” kata Dewi.

Pada akhirnya, seorang brand ambassador, sambung Dewi, sebaiknya bertindak sebagai spokeperson dari sebuah brand. “Jangan sampai kesalahan terakhir yang melibatkan salah satu brand ambassador sebuah merek smartphone  yang mempromosikan ponsel tersebut di media sosial menggunakan brand lain terulang kembali. Hal-hal seperti ini perlu dihindari,” tutur Dewi.

Karisma

Dalam memilih brand ambassador, brand harus melihat karisma para kandidat. Karakter yang kuat dan sesuai dengan brand tersebut menurut Dewi dapat memberi influence kepada target market mereka. Dewi menyebut Calvin Klein yang memilih Justin Bieber sebagai brand ambassador sebagai salah satu contoh.

“Justin Bieber memiliki karisma yang begitu kuat. Karakteristik yang sesuai dengan brand Calvin Klein ini menyukseskan campaign Belieber-or-Not yang menjadi viral pascadiluncurkan di media sosial. Selama 48 jam setelah iklan ini diluncurkan di media sosial, sekitar 1,4 juta orang merespons,” papar Dewi.

Kesuksesan campaign ini dijelaskan Dewi didasari atas karisma Justin yang cukup besar dengan karakteristik style dan nilai yang sesuai dengan brand Calvin Klein. Membuat konten yang unik, kreatif, bersifat mengajak, dan create buzz akan menambah kesuksesan produk yang dibawa brand ambassador.

Bagaimana dengan brand Anda?

Editor: Sigit Kurniawan

Related