Perjalanan Satu Dekade CottonInk dari Kaus Sablon Hingga Ritel Fesyen

marketeers article

Semua berawal sepuluh tahun lalu dari sebuah kaus sablon berwajah Barrack Obama. Siapa sangka, bisnis CottonInk telah berbuah manis menjadi merek fesyen lokal yang sukses. Dari sekadar berjualan di blogger dan Facebook, duo pendiri CottonInk Ria Sarwono dan Carline Darjanto kini merambah bisnis ritel.

Setahun setelah diluncurkan, bisnis kaus CottonInk mulai menawarkan koleksi pakaian perempuan, aksesori, syal, dan legging. Setelah mengalami pasang-surut usaha, CottonInk memilih menggarap fesyen kaum hawa. Atas permintaan konsumen, CottonInk kemudian berkembang menjadi web store di tahun 2011 dan memiliki offline store perdananya pada Maret 2015 di Kemang.

Carline Darjanto, Creative Director CottonInk dalam selebrasi ulang tahunnya ke-10 mengatakan, positioning mereknya belum berubah, yaitu casual with a twist. Sejak pertama kali didirikan, merek ini menawarkan pilihan mood dalam setiap desainnya yang dapat digunakan oleh jutaan karakter unik perempuan Indonesia.

“Kami percaya, pakaian yang dipilih sesuai dengan karakter akan membuat penggunanya merasa nyaman dan percaya diri menjalani hari-hari yang padat dengan beragam aktivitas wanita modern,” papar Carline di GoWork, Pacific Place, Senin (3/9/2018).

Sederet penghargaan pun diraih oleh CottonInk dan para dua srikandinya itu sejak tahun 2010, seperti Most Favorite Brand di Brightspot Market dan The Most Innovative Brand di Cleo Fashion Award. Pada tahun 2016, duo womenpreneur ini dinobatkan menjadi salah satu sosok sukses di bidang retail & e-commerce Asia hingga masuk daftar Forbes Asia 30 Under 30.

Dalam setiap produk yang dibuat, hasil yang detail adalah tujuan utama. Carline cukup jeli  memilih material, desain bentuk, warna, hingga proses penjahitan yang dilakukan oleh tangan-tangan penjahit lokal.

Menurut dia, pelanggan lebih suka desain baju yang sederhana dengan memiliki detail pada kainnya. Sejauh ini, bahan yang digunakan adalah katun, sedangkan untuk aksesori dan tas memakai material kulit imitasi. Saat ini, CottonInk memproduksi sekitar 30.000 piece pakaian, yang dijual dengan harga Rp 100.000-Rp 400.000.

Sadar bahwa konsep omnichannel mampu menggerakkan industri ritel, sejak tahun 2016 CottonInk merambah gerai offline di pusat belanja ibu kota, tepatnya di Plaza Senayan. Dalam setahun, CottonInk telah memiliki tiga gerai, yaitu di Kota Kasablanka, dan Pondok Indah Mal.

Sebelumnya, CottonInk juga menjalin kemitraan dengan department store, seperti The Goods Dept di Jakarta, Masquerade Medan, dan On Market+ Go Surabaya. Mereka menjual sebagian produknya dengan sistem konsinyasi atau bagi hasil.

Kolaborasi

Selama beberapa tahun terakhir, CottonInk kerap melakukan kolaborasi dengan para desainer tanah air dan juga figur perempuan sukses Indonesia masa kini. Hal ini dilakukan untuk menggali lebih banyak inspirasi dan juga mengeksplorasi tren mode yang sedang berkembang di tanah air.

“Kami selalu menganggap perempuan adalah bagian penting dari setiap inovasi produk yang dirancang. Menjadikan mereka bangga dengan dirinya sendiri merupakan inspirasi kami dalam industri fesyen,” terang sang Brand & Marketing Director, Ria Sarwono

Setelah sempat berkolaborasi oleh desainer Mel Ahyar, CottonInk kini menggaet penyanyi pop Isyana Sarasvati dan Raisa. Adapula aktris muda Vanesha Prescilla dan maestro film Dian Sastrowardoyo yang ikut terlibat dalam proyek terbaru ini.

Keempat figur ini akan memberikan inspirasi berpakaian yang akan dituang dalam produk-produk CottonInk. Koleksi kolaborasi para publik figur itu akan dirilis secara bertahap sejak September hingga November 2018.

 

Editor: Eko Adiwaluyo

Related