Perlukah Kampanye Anda Menggunakan VR dan AR?

marketeers article
54397577 three people with virtual reality glasses and snacks, having fun

Pernahkah Anda membayangkan mengunjungi dan menyaksikan seluruh koleksi museum Louvre di Paris atau menyaksikan keindahan perairan bawah laut Raja Ampat? Mungkin Anda juga pernah membayangkan bahwa karakter Doraemon dan Nobita  bisa dibawa dalam kehidupan nyata. Tidak salah bila Anda pernah membayangkan hal tersebut. Karena hal ini sudah bisa direalisasikan melalui teknologi Virtual Reality (VR) dan Augmented Reality (AR).

Secara singkat, VR merupakan teknologi yang bisa membawa kita masuk ke dalam dunia virtual melalui perangkat tertentu. Sedangkan AR adalah teknologi yang membawa dunia virtual tersebut ke dalam dunia nyata. Apabila Anda masih bingung, konsep permainan Pokemon Go dan rangkaian filter yang ada dalam aplikasi Snapchat merupakan salah satu hasil dari teknologi AR. Sedangkan merasakan sensasi mengendarai mobil mewah atau menikmati suasana stadion sepak bola nan megah menggunakan perangkat Cardboard atau Oculus Rift merupakan contoh dari teknologi VR.

Uniknya, penerapan teknologi ini tidak semata untuk hiburan semata. Sekarang ini, baik VR dan AR jamak digunakan dalam keperluan pemasaran sebuah merek. Merek dan  perusahaan seperti Nike, IKEA, Volvo, Redbull, Toyota, Danone, dan Unilever adalah sejumlah pemain yang telah menggunakan teknologi VR dan AR dalam rangkaian promo pemasaran mereka. Dan, tujuan mereka menggunakan kedua teknologi ini pun berbeda-beda.

“Ada merek yang ingin menunjukkan sisi inovatifnya. Walaupun belum tahu dampaknya seperti apa, yang penting mereka menjadi merek pertama yang menggunakan. Ada pula klien yang masih melihat hasil AR positif atau tidak. Kalau positif, baru dipakai. Dari segi fungsi, ada merek yang menggunakan AR untuk menciptakan awareness. Ada juga untuk menaikkan trafik situs. Ada yang hanya untuk heavy di media sosial. Ada pula untuk meningkatkan penjualan,” ujar Peter Shearer, Managing Director AR&Co, sebuah perusahaan penyedia konten AR.

VR dan AR secara teknologi sangat sophisticated. Sehingga, perusahaan atau merek di Indonesia harus mengeluarkan biaya yang tidak sedikit. Belum lagi hasilnya yang belum tentu sesuai harapan. Padahal di luar negeri konten promosi menggunakan VR dan AR jamak dilakukan.

Sebelum memutuskan menggunakan VR dan AR sebagai metode promosi pemasaran, merek perlu memahami apa tujuannya. Sekadar gimmick, engage dengan user, atau penjualan. Tujuan yang berbeda tentu implementasinya juga berbeda.

Editor: Sigit Kurniawan

Related