Perlukah Wisata Halal di Negara Muslim Terbesar Dunia?

marketeers article

Indonesia menargetkan dapat menarik 20 juta wisatawan mancanegara (wisman) pada tahun 2019. Selain menggodok destinasi wisata reguler, Kementerian Pariwisata juga mendorong pertumbuhan pariwisata halal di dalam negeri.

Pasalnya, sebagai negara dengan jumlah populasi mulsim terbesar, Indonesia dinilai memiliki potensi untuk mengembangkan wisata berbasiskan syariah. Apalagi, jumlah populasi muslim di dunia saat ini mencapai 1,6 miliar jiwa.

Ketua Tim Percepatan Pengembangan Pariwisata Halal Kementerian Pariwisata Riyanto Sofyan mengatakan, turis muslim menduduki posisi tiga setelah Tiongkok dan Eropa. Nilai belanjanya pun pada tahun 2015 mencapai US$ 220 miliar

Berdasarkan laporan lembaga pemeringkat wisata muslim dunia Crescent Rating, menyebut jumlah wisatawan muslim dunia berkisar 117 juta orang, naik dari tahun 2010 yang berjumlah 98 juta orang, serta diprediksi mencapai 168 juta orang pada tahun 2025.

“Pertumbuhan wisatawan muslim ke Indonesia mengalami peningkatan 15% dari sebelumnya hanya 8%-10%. Sedangkan pertumbuhan wisatawan umum ke Indonesia 10%,” ungkap Riyanto di Kantor Ogilvy & Mather Jakarta, Selasa (25/10/2016).

Menurut Riyanto, agar pariwisata halal merekah di Indonesia, destinasi wisata harus memiliki standar global. Berdasarkan Global Muslim Travel Index, ada tiga komponen utama standar wisata halal. Pertama, atraksi atau destinasi wisata harus mendukung konsep halal.

“Misalnya, kami membuat halal beach, yaitu pantai yang memisahkan antara laki-laki dan perempuan di kawasan Meninting, Lombok Barat dan kawasan Mandalika, Lombok Tengah. Selain itu, fasilitas penunjang seperti tempat ibadah juga harus mendukung,” katanya.

Selain itu, tempat wisata juga semakin aktif mempromosikan halal branding. Ini dilakukan agar wisatwan semakin yakin dan tertarik mengunjungi destinasi itu.

Lagipula, sambungnya, halal juga mengacu pada gaya hidup sehat. Ia mencontohkan, Inggris walau populasi muslimnya hanya 3%, namun 11% dari populasinya mengonsumsi daging halal. “Mereka pergi ke toko daging halal karena mereka tahu daging halal dipotong tanpa mesin, lebih higienis dan segar,” akunya.

Riyanto bilang, ada persepsi keliru yang beredar bahwa sebagai negara muslim terbesar dunia, Indonesia tak perlu menggembor-gemborkan pariwisata halal. Sebab, sudah pasti mayoritas yang berada di Indonesia pasti halal. “Ini anggapan keliru. Sebab, pariwisata halal bukan berarti tidak mengandung babi atau alkohol. Namun, mencakup gaya hidup dan servis,” ujarnya.

Karena itu, Riyanto mengimbau kepada pelaku usaha wisata halal agar memperhatikan pasar potensial ini. Sebab, pemain perhotelan berbintang masih enggan mengadopsi konsep halal, seperti masih memiliki toilet kering yang jelas-jelas idak bersahabat dengan muslim.

“Mereka tidak mengadopsi konsep halal karena takut kehilangan pelanggan. Padahal, tidak juga,” ucap Riyanto.

Saat ini, Kementerian Pariwisata mengupayakan tengah fokus mengagrap lima wilayah untuk dijadikan sebagai destinasi wisata halal, antara lain Lombok, Sumatera Barat, Aceh, Jakarta dan Jawa Barat.

Tagetnya, Indonesia berada di posisi keenam dunia sebagai penyedia wisata halal terbesar. Adapun target jumlah wisatawan yaitu 2,2 juta untuk wisatawan mancanegara dan 220 juta untuk wisatawan nusantara.

Indonesia masih tertinggal di banding Malaysia dalam jumlah wisatawan muslim mancanegara. Dalam setahun, Indonesia berhasil mendatangkan 1,8 juta wisatawan muslim dunia. Sedangkan Malaysia mampu memperoleh 6,7 juta wisatawan.

Editor: Sigit Kurniawan

 

Related