Perlunya Membangun Open Nationalism di ASEAN

marketeers article

Di era keterbukaan seperti sekarang, membangun nasionalisme tetaplah relevan dan menjadi tanggung jawab semua warga negara, tak terkecuali Indonesia. Namun, bukan nasionalisme eksklusif alias tertutup, tetapi nasionalisme yang terbuka. Hal ini disampaikan oleh Djauhari Oratmangun, Senior Advisor Kemenlu RI dalam acara Kellogg Innovation Network (KIN) ASEAN di Jakarta, Rabu (7/12/2016).

Open nationalism yang dimaksud tak lain mengacu dari gagasan Presiden Pertama Indonesia Soekarno. Artinya, membangun nasionalisme itu tujuannya dua, yakni ke dalam mensejahterakan rakyat dan keluar membangun relasi dan persahabatan dengan negara-negara tetangga.

Dalam konteks ini, Djauhari menegaskan, Indonesia akan terus memimpin dalam kesatuan ASEAN. “Secara alami, Indonesia berperan aktif dalam di ASEAN. Dari sisi jumlah penduduk dan GDP, Indonesia termasuk yang paling besar di ASEAN. Dengan ini, Indonesia memainkan peranan kepemimpinan di ASEAN,” ujarnya.

Untuk mewujudkan hal tersebut, sambung Djauhari, Indonesia juga diharapkan mampu memimpin inovasi di ASEAN, khususnya dalam menjadikannya sebagai kawasan yang semakin terintegrasi.

Djauhari juga memandang peranan marketing dalam pertumbuhan kawasan ASEAN. Pada dasarnya, menurut Djauhari, negara-negara di ASEAN harus memiliki kesadaran bersama untuk memajukan dan mempromosikan kawasan.

“Bila dilihat dari kacamata bisnis, ASEAN merupakan bisnis besar. Untuk siapa? Untuk warga ASEAN dan kita ditantang untuk semakin kreatif dalam melayani warga ASEAN,” katanya.

Sebab itu, negara-negara di ASEAN perlu menyadari tantangan dan perubahan di lanskap regional, seperti disruptive technology, antimigran, globalisasi, endemik, bencana alam, maupun ektremisme politik dan agama.

“Indonesia akan selalu mengambil leading role di ASEAN,” katanya.

Related