Pertamina Siap Kembangkan Energi Terbarukan

marketeers article
40615287 home wall battery concept

Industri minyak dan gas mengalami tantangan berat dengan anjloknya harga minyak dunia. Meski sudah mengalami kenaikan menjelang akhir tahun ini, namun dampaknya sangat merugikan para pemain di industri ini. Meski begitu,  PT Pertamina (Persero) berhasil melewati krisis tersebut dan lebih dari itu, berhasil meraup keuntungan terbesar di dunia di antara pemain lain di industri ini.

Tapi, apakah Pertamina tidak memiliki tantangan dalam bisnisnya? Tentu saja ada dan bisa mengancam kelangsungan bisnis perusahaan ini dalam beberapa waktu ke depan. Tantangan itu bisa dari sisi produk dan perilaku konsumen.

“Sekarang ini, bahan bakar minyak dari fosil mulai mendapat penolakan di berbagai negara. Misalnya, di Eropa, beberapa tahun ke depan sudah tidak mau menerima solar untuk diesel. Hal ini pasti akan bergulir. Begitu juga dengan perubahan energi, akan bergeser ke listrik, hidrogen, dan energi terbarukan lainnya, Jika tidak segara berinovasi, Pertamina bisa terancam bisnisnya,” kata Ahmad Bambang, Chief Operating Officer Downstream & NRE PT Pertamina (Persero) di sesi panel di MarkPlus Conference 2017, hari ini (8/12/2016).

Kemudian, ada juga perubahan perilaku dari konsumen yang akan menjadi tren di masa mendatang. Pertama, tentu saja mengenai pandangan dan perilaku konsumen yang semakin peduli tentang lingkungan hidup. Selanjutnya, ada banyak aplikasi teknologi yang memberikan kemudahan orang untuk mendapat layanan transportasi, seperti Go-Jek. Ada juga perilaku share car yang juga akan terus tumbuh.

Nah, untuk mengantisipasi perubahan perilaku dan energi ini, Pertamina pun melakukan transformasi. Perusahaan energi milik negara ini menyebutnya dengan Raise The Bar. Dalam transforamasi ini, Pertamina melakukan inovasi produk yang bisa menjadi substitusi dari existing product. Sebagai contoh adalah Pertalite, bensi beroktan 90 yang menjadi alternatif bagi Premium yang memiliki oktan 88. Lalu, Dexlite, BrightGas 5,5 kg, dan lainnya. Lalu, menciptakan produk berkualitas, contohnya dengan membuat Pertamax Turbo, Fastron Platinum Racing, dan lainnya. Pertamax Turbo bahkan menjadi official partner dari Lamborghini.

Hasilnya? Pertamina menjadi perusahaan energi paling tinggi labanya di masa sulit. Selama tiga kuartal pada 2016 laba bersih Pertamina mencapai US$2,83 miliar atau naik 209% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Pertamina juga mengajak masyarakat untuk terlibat dalam pengembangan energi terbarukan. Caranya dengan menggelar kompetisi “Pertamina Ide Gila”. Ini menjadi salah satu cara Pertamina mengeksplorasi ide-ide bisnis terkait energi baru dan terbarukan.

“Kompetisi ini bukan sekadar memberi hadiah. Ada dua hal, bila ide itu visible kami siap untuk mengembangkannya. Lalu, bila ide itu bahkan sudah bisa dikomersilkan, mari kita bicara bisnis,” kata Ahmad Bambang lagi.

Menurut Ahmad, Pertamina siap untuk menyambut dalam perubahan energi di dunia. Nantinya, SPBU-SPBU Pertamina tidak akan menjual bensin, namun juga menjadi stasiun pengisian energi untuk kendaraan-kendaraan berbahan bakar listrik atau hidrogen.

One Price Policy

Dalam kebijakan ini, Pertamina bisa dikatakan sedang menjalankan tugas negara. Presiden Joko Widodo telah mengeluarkan keppres yang mengatur mengenai satu harga BBM di Nusantara. Untuk mendukung kebijakan ini Pertamina melakukan banyak langkah, mulai dari membuat jaringan SPBU hingga mendatangkan pesawat khusus.

“Kenapa tidak dari dulu? Karena dulu Pertamina rugi dan banyak produk bersubsidi. Sekarang sudah untung dan siap berbagi untuk negeri agar terjadi keadilan sosial di seluruh Nusantara,” pungkasnya.

 

    Related