Pertarungan Sumber Daya Manusia vs Mesin Tidak Terjadi di Masa Depan

marketeers article
20243580 hand holding business world

Penelitian terbaru dari Korn Ferry, sebuah firma organizational consulting global, mengemukakan pendapat para pemimpin perusahaan tentang tenaga ahli. Dalam temuan itu, pemimpin perusahaan di Indonesia memahami bahwa kekurangan tenaga kerja ahli dapat berpengaruh pada bisnis perusahaan.

Sekitar 40% pemimpin perusahaan di Indonesia menyatakan bahwa kekurangan tenaga kerja ahli membuat perusahaan semakin lambat dan sulit melakukan transformasi bisnis melalui teknologi. Dampak lebih lanjut adalah mengurangi keuntungan perusahaan di dunia kerja masa depan.

Namun, para pemimpin perusahaan di Indonesia (50%)  dalam penelitian ini optimistis mengenai ketersediaan tenaga kerja ahli atau aman dari krisis tenaga kerja ahli. Bahkan, memperkirakan bahwa tenaga kerja ahli di Indonesia akan mencukupi jumlahnya atau bahkan melebihi jumlah yang dibutuhkan (surplus) pada tahun 2030. Sementara itu, pemimpin perusahaan di negara-negara lain (48%) dalam penelitian ini optimistis bahwa perusahaan mereka aman dari krisis tenaga kerja ahli.

“Perkembangan teknologi telah mempercepat laju pengembangan bisnis. Prediksi yang fleksibel dan pemodelan bisnis sekarang lebih relevan dibandingkan model tradisional, seperti rencana lima tahun,” kata Michael Distefano, Presiden, Asia Pasifik, Korn Ferry, dalam siaran persnya.

Masa Depan SDM?

Di sisi lain, pemimpin perusahaan di Indonesia (70%) mengatakan bahwa teknologi akan mengungguli sumber daya manusia yang menghadirkan nilai tambah dalam bekerja (value creator) antara tahun 2018 dan 2030. Tapi, sebagian besar para pemimpin perusahaan tersebut tidak memandang masa depan hanya sebagai ajang pertarungan antara sumber daya manusia dan mesin.

Terlihat, 88% responden juga mengatakan bahwa perusahaan mereka membutuhkan tenaga kerja ahli dalam dunia kerja masa depan, dengan 86% responden setuju bahwa teknologi menciptakan kebutuhan akan pekerjaan dengan keahlian yang lebih tinggi. Para pemimpin perusahaan di Indonesia juga memiliki rencana yang agresif untuk meningkatkan jumlah sumber daya manusia. Bahkan, 80% perusahaan berencana meningkatkan jumlah sumber daya manusia mereka hingga 30% pada tahun 2020 dan 38% pada tahun 2030.

Untuk menjalankan strategi perusahaan, 88% pemimpin perusahaan di Indonesia memiliki proyeksi resmi untuk kebutuhan tenaga kerja ahli di perusahaan mereka. Namun, hanya 7% yang memiliki rencana hingga tahun 2030.

“Meskipun perencanaan skenario sangat penting untuk pertumbuhan bisnis, hal ini jarang merambah ke perencanaan sumber daya manusia. Karena tenaga ahli menjadi faktor pendorong pertumbuhan dalam ekonomi baru, perusahaan harus mengubah pola pikir ini agar menjadi lebih sigap dan mengadopsi pendekatan jangka panjang ketika menyusun strategi sumber daya manusia mereka,” kata Distefano.

Sementara itum Sylvano Damanik, Vice Chairman, Korn Ferry Indonesia mengatakan bahwa populasi masyarakat Indonesia yang relatif berusia muda memberikan keunggulan tersendiri, yaitu mereka tangkas dan ingin mencoba beragam inovasi baru. “Pada saat yang bersamaan, perusahaan-perusahaan juga menghadapi tantangan yaitu seberapa cepat perusahaan dapat mengembangkan sumber daya generasi muda agar mereka dapat menjadi pemimpin masa depan,” katanya.

Dalam hal keahlian, perusahaan-perusahaan di Indonesia memprediksikan bahwa keahlian digital akan sangat relevan dengan kesuksesan perusahaan.  Namun, perusahaan-perusahaan di Indonesia juga melihat pentingnya pengelolaan sumber daya manusia. Lima peranan utama yang dipandang penting oleh para pemimpin perusahaan di  Indonesia termasuk keamanan informasi, manajemen umum, analitik  big data, transformasi digital, analitik digital.

    Related