Perusahaan Asuransi Hanya Sumbang 2% Dana Infrastruktur

marketeers article
An official drives a motorcycle during an inspection at a new toll road Salatiga-Bawen section in Salatiga, Central Java province, Indonesia June 8, 2017 in this photo taken by Antara Foto. Antara Foto/Aloysius Jarot Nugroho via REUTERS

ASEAN Insurance Council (AIC), platform regional untuk industri asuransi Asia Tenggara mengajak seluruh perusahaan asuransi besar di kawasan untuk mempercepat investasi infrastruktur di Indonesia. Komitmen ini digaungkan pada deklarasinya di ajang IMF World Bank Group 2018 Annual Meetings di Bali, pertengahan Oktober lalu.

Deklarasi tersebut sampai sejauh ini telah merangkul perusahaan asuransi besar, antara lain WanaArtha Life, IA, Allianz Life, dan Taspen untuk menginvestasikan US$ 224 juta ke sektor infrastruktur jalan yang dikelola oleh operator jalan tol milik negara PT Jasa Marga (Persero).

Evelina F. Pietruschka, Secretary-General AIC menerangkan, industri asuransi jiwa di ASEAN secara total telah mengelola aset sebesar US$ 438 miliar. Nilai itu nantinya meningkat secara besar-besaran seiring dengan pertumbuhan premi pada tahun-tahun mendatang. Namun, industri itu hanya menyalurkan 2% untuk pembangunan infrastruktur.

“Jika komunitas perusahaan asuransi berkomitmen meningkatkan porsi aset untuk infrastruktur, maka langkah tersebut akan menjadi kontribusi signifikan terhadap kesenjangan pembiayaan infrastruktur ASEAN,” kata dia.

Negara-negara ASEAN saat ini tengah giat mempromosikan infrastruktur sebagai pendukung konektivitas sesama negara anggota. Namun, kesenjangan pembiayaan infrastruktur begitu signifikan. Menurut perkiraan HSBC pada tahun 2016, ASEAN akan memiliki kesenjangan dana infrastruktur senilai US$ 1.153 triliun.

Hanya Singapura yang mencatatkan surplus pendanaan infrastruktur negaranya sebesar US$ 27 juta. Sementara yang lain seperti Malaysia memiliki kesenjangan dana infrastruktur sebesar US$ 42 juta; Thailand US$ 86 juta; Vietnam US$ 160 juta; Filipina US$ 171 juta; dan Indonesia US$ 721 juta.

Sebagai pasar terbesar ASEAN, Indonesia membutuhkan US$ 150 miliar lebih dari anggaran US$ 327 miliar yang direncanakan pada tahun 2019 untuk pembangunan proyek-proyek pekerjaan umum dan infrastruktur.

“Itu jumlah pendanaan yang sangat besar bagi pemerintah. Mereka perlu lebih berfokus langsung pada kemitraan pemerintah-swasta (PPP), melalui investor institusi jangka panjang, seperti perusahaan asuransi,” tambah Evelina.

Berbagai upaya ini juga menunjukkan peran dari skema keuangan campuran, atau penggabungan dana pemerintah-swasta guna memfasilitasi modal swasta untuk sektor publik. Ini akan menjadi solusi bagi defisit infrastruktur Indonesia.

“Kami perlu mengembangkan peraturan guna memayungi pendanaan berskema campuran untuk infrastruktur. Sebab, hanya 25% dari pendanaan infrastruktur Indonesia yang berasal dari pemerintah,” jelas Evelina.

AIC terus terlibat dalam berbagai konferensi internasional, termasuk Asia-Pacific Financial Forum (APFF) dan World Economic Forum (WEF) agar dapat memberikan pengaruh bagi semua sektor asuransi di seluruh ASEAN.

Setelah acara IMF-WB, AIC akan mengadakan ajang 3rd ASEAN Insurance Summit 2018 yang akan berlangsung di Sasana Kijang, Bank Negara Malaysia pada 28 November 2018.

Editor: Sigit Kurniawan

Related