Pesan Martha Tilaar Kepada Para Marketeer

marketeers article

Besar sebagai seorang guru Sekolah Dasar dengan suami yang juga guru, membuat masa muda Martha “Handana” Tilaar cukup resah kala itu. Ia mengaku gaji yang diterima sebagai pengajar terlampu kecil. Kondisi tersebut membuat Martha Tilaar untuk mengubah keadaan.

Kebetulan, suami Martha, Dr. Henry A. Rudolf Tilaar mendapat beasiswa ke Amerika Serikat. Martha pun harus rela ditinggal sang suami. Tekadnya untuk menyusul suami di Paman Sam terbayarkan. Setelah menabung selama setahun, Martha pun berhasil terbang ke AS.

Sebuah pengalaman mengubah hidup Martha Tilaar, hingga memberikan ia semangat untuk merintis bisnis kecantikan berbasis kekayaan alam nusantara. Seperti apa kenangan ibu empat anak dan nenek dari delapan cucu ini?

“Saya pun gila. Dari Amerika belajar langsung ke desa. Saya menganggap bekerja adalah ibadah. Berkarya dengan hati adalah kemuliaan,” kata Martha memperoleh Marketeer Lifetime Achievement dari Indonesia Marketing Association (IMA) dan MarkPlus, Inc. di MarkPlus Conference 2017, Ritz-Carlton Pacific Place, Kamis, (8/12/2016).

Perempuan kelahiran Gombong, 79 tahun silam mengatakan, yang membuat dirinya mampu merintis usaha kecantikannya hingga menjadi perusahaan kosmetik lokal terbesar di Indonesia adalah berkat prinsip yang diajarkan sang ayah.

“Untuk bisa mengubah dunia, ayah saya mengatakan saya harus memulai dari diri saya sendiri. Dan, jadilah manusia DJITUE, yaitu Disiplin, Jujur, Iman, Inovatif, Tekun, dan Ulet,” katanya di depan 5.000 audiens yang hadir yang memberikan tepuk tangan riuh kepada ibu empat anak dan nenek 8 cucu ini.

Sebagai pemimpin perusahaan swasta, dirinya selalu mengatakan kepada pelaksana perusahaan untuk terus bekerja keras. Selain itu, sebagai perusahaan nasional, ia berkewajiban untuk memberikan karya yang membanggakan untuk bangsa dan negara.

Ia melanjutkan, Martha Tilaar Group berkomitmen untuk beautifying indonesia (mempercantik Indonesia). Ini bisa dilakukan lewat 3C, yaitu Connect, Collaborate, dan, Communicate..

“Kami berkolaborasi demgan pemerintah dan institusi. Kami bekerja sama dengan Kemendikti dan Kementerian Pariwisata memberdayakan perempuan dan memperkenalkan warisan kecantikan Indonesia sebagai daya tarik wisata,” papar Martha.

Usaha Martha dalam mempercantik Indonesia tidak diraih dengan mudah. Pada tahun 1970an, masa-masa di mana ia merintis usahanya, perempuan saat itu tidak bisa meminjam uang di bank-bank lokal.

Alasannya bagi Martha cukup menggelitik. Perempuan tidak percaya bisa berwirausaha. Pada akhirnya, ia lantas berutang di bank Singapura.

Ketika krisis moneter terjadi pada tahun 1998, kurs dollar naik dari Rp 2.500 menjadi Rp 17.000. Saat itu, utang Martha sekira Rp 5 miliar, tiba-tiba menggemu menjadi Rp 25 miliar. Banyak yang mengatakan kepadanya untuk tidak membayar utang itu. Namun, Martha berkata, utang tetaplah utang.

Bersama sang adik Ratna Tilaar, Martha pergi menghadap bank di Singapura tersebut dan mengatakan terus terang bahwa dia belum bisa membayar utang.

“Saya katakan apabila dia mau membantu saya merestrukturisasi perusahaan, I will pay until my last drop of blood. Syukurnya, mereka mau membantu saya. Tahun demi tahun, utang saya terlunasi,” kenang peraih Doctor Honoris Causa di bidang Fashion and Artistry dari The World University, Tucson, Arizona, AS.

Martha juga berhasil meyakinkan pihak bank untuk memberikan pinjaman agar bisa mengambil alih saham divisi kosmetik yang dimilik Kalbe Farma.

Selama 24 tahun, Martha Tilaar Group bergabung dengan Kalbe Farma. Namun, Kalbe hendak fokus menggarap produk farmasi, dan melepas divisi kecantikannya.

“Akhirnya, lewat sebuah kepercayaan, bank dari Singapura mau meminjamkan uang ke saya agar bisa membeli seluruh saham divisi itu, dan lahirlah PT Martina Berto Tbk yang listing di bursa saham pada awal tahun 2011,” ucap Martha.

Artikel selengkapnya dapat dibaca di Majalah Marketeers edisi spesial double issue Desember 2016-Januari 2017.

Related