Pesona branding “Wonderful Indonesia” meraih penghargaan Brand of the Year 2018. Bukan tanpa alasan, Wonderful Indonesia berhasil membuktikan bahwa brand value dapat membawa impact. Lalu, seperti apa kekuatan brand Wonderful Indonesia ini?
Wonderful Indonesia berhasil mencatatkan peningkatan transaksi dari Rp 6 triliun pada 2016 menjadi Rp 8 triliun di tahun lalu. Menteri Arief Yahya menyampaikan, hal ini menjadi bukti bahwa brand value dapat memberi impact.
“Brand itu bicara janji dan reputasi. Ketika kita memperoleh penghargaan, hal ini akan berpengaruh kepada 3C, yakni Confidence, Credibility, dan Calibration. Hal ini menunjukkan sejauh mana performa kami, dan pada akhirnya dapat meningkatkan confidence sekaligus kredibelitas brand itu sendiri,” ungkap Staf Ahli Menteri Bidang Multikultural Kementerian Pariwisata Esthy Reko Astuty mewakili Menpar di Jakarta, Kamis (08/03/2018).
Lebih dari itu, Esthy mengatakan penghargaan semacam ini merupakan bentuk marketing yang paling efektif untuk membangun brand image.
Gunakan Teori Endorse Brand Family
Kesuksesan brand Wonderful Indonesia menarik Kemenpar untuk menularkan DNA yang sama melalui sub-brand. Menggunakan teori Endorse Brand Family, Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Mancanegara (Deputi BP3M) I Gde Pitana mengatakan ini merupakan teknik yang tepat untuk digunakan dalam merumuskan logo destinasi dan produk wisata Indonesia.
“Endorse Brand Family pada akhirnya menjadi pilihan kami dalam merumuskan logo destinasi wisata bagi sepuluh brand baru pariwisata Indonesia. Dengan DNA yang sama dengan Wonderful Indonesia, kami berharap daerah-daerah wisata Indonesia dapat lebih dikenal secara internasional melalui keunikannya masing-masing,” pungkas Pitana di lain kesempatan.
DNA dari Wonderful Indonesia sebagai master brand akan ditularkan dalam bentuk warna, bentuk, dan font yang sama di logo-logo sub-brand konten pariwisata yang terpilih. Dengan cara ini, Pitana mengatakan mereka berharap kekuatan brand Wonderful Indonesia dapat menular kepada sub-brand lain.
Editor: Sigit Kurniawan