Piala Dunia, Ajang Pertarungan Adidas dan Nike

marketeers article
101711856 april 13, 2018 moscow, russia trophy of the fifa world cup and official ball of fifa world cup 2018 adidas telstar 18 against the backdrop of the luzhniki stadium in moscow.

Piala Dunia boleh diikuti oleh 32 negara, tapi sebenarnya Piala Dunia adalah pertandingan antara dua tim, Nike dan Adidas.

Sudah menjadi rahasia umum bahwa kedua brand apparel olahraga ini adalah musuh abadi. Keduanya sama-sama berusaha menancapkan bendera sebagai pemimpin dalam industri olahraga, apa pun itu cabang olahraganya. Namun sepakbola, khususnya Piala Dunia adalah momentum ketika nama besar mereka dipertaruhkan.

Tahun 2018 adalah tahun yang spesial bagi Adidas. Piala Dunia tahun ini menandakan tahun ke 20 Adidas menjadi sponsor utama kompetisi empat tahunan tersebut. Adidas juga sudah mengeluarkan dana hingga ratusan juta dollar setiap tahunnya untuk menjaga loyalitas FIFA kepada Adidas. Adidas juga berhasil menjaga posisi sebagai sponsor utama FIFA dan Piala Dunia hingga nanti tahun 2030.

Sebagai sponsor resmi, Adidas memiliki segala hak eksklusif dalam pelaksanaan Piala Dunia. Sebut saja nama dan logo brand yang terpampang selama 90 menit dalam 64 pertandingan, pengunaan bola resmi, hingga pakaian wasit dan panitia. Semua menggunakan nama dan logo Adidas.

Bila kita menilik ke belakang, memang Nike tidak berada dalam posisi yang beruntung. Semenjak kedigdayaan Brazil di Piala Dunia 2002, tidak ada satu pun tim yang disponsori Nike berhasil menjadi juara Piala Dunia.

Pada tahun 1998, Nike harus rela mengakui kemenangan Adidas. Pasalnya Brasil takluk 0-3 dari Prancis yang disponsori oleh Adidas. Maju delapan tahun kemudian di Piala Dunia 2006; Jerman, baik Adidas dan Nike sama-sama gigit jari. Sebab, justru Puma yang menjadi menjadi juara karena mensponsori Italia.

Piala Dunia Afrika Selatan di tahun 2010 lagi-lagi menjadi saksi kesuksesan Adidas. Dengan bekal 12 negara yang disponsori, Adidas berhasil meraih gelar juara berkat timnas Spanyol, setelah mengalahkan Nike yang diwakili Belanda pada partai puncak.

Pada Piala Dunia tahun 2014 di Brazil, Adidas kembali menggila. Dua tim yang disponsori oleh Adidas berhasil masuk final, Argentina dan Jerman. Pada saat itu sudah tidak penting lagi siapa yang menang. Sebab, pemenangnya adalah Adidas.

Tahun ini di Rusia, Adidas mensponsori 12 negara dan Nike mensponsori 10 negara. Bila kita melihat pada fase 16 besar, ada delapan negara yang disponsori oleh Adidas berhasil lolos fase grup, yakni Spanyol, Rusia, Argentina, Meksiko, Swedia, Belgia, Jepang, dan Kolombia.

Nike memiliki lima tim, Portugal, Prancis, Brazil, Inggris, dan Kroasia. Sisanya adalah Puma dengan Urugay dan Swiss. Dan, produsen Hummel melalui timnas Denmark.

Sebenarnya cukup sulit mengukur kemenangan keduanya. Karena mereka tidak hanya mensponsori secara tim, tetapi juga pemain secara individual. Permasalahannya ada satu tim yang disponsori oleh brand A, tetapi ada pemain bintangnya yang disponsori oleh brand B.

Semisal beberapa pemain timnas Jerman dan Spanyol. Meskipun seragam mereka menggunakan brand Adidas, tetapi secara apparel dan sepatu, mereka menggunakan Nike. Di Rusia, Nike menargetkan sebanyak 60% dari seluruh pemain yang berlaga di Piala Dunia menggunakan sepatu dari Nike.

Untungnya sampai tulisan ini dimuat (Senin, 2/7/2018) nampaknya kompetisi Adidas dan Nike masih cukup seimbang. Sebab, dua mega bintang yang dielu-elukan akan berjaya dan menjadi magnet di Piala Dunia kali ini harus pulang lebih awal. Lionel Messi yang menjadi tumpuan utama Argentina sekaligus nilai jual utama Adidas, harus gugur di babak 16 besar. Selang beberapa jam dari pulangnya Messi, Christiano Ronaldo yang menjadi motor utama Portugal dan Nike, juga harus ikutan pulang lebih awal.

Pulangnya Argentina, Spanyol, serta tidak lolosnya Jerman menjadi pukulan telak bagi Adidas. Ketiga tim ini tergolong tim unggulan yang difavoritkan. Sementara kini Adidas hanya memiliki tim kuda hitam seperti Rusia (sudah memastikan diri masuk delapan besar). Sisanya adalah Meksiko, Swedia, Belgia, Jepang, dan Kolombia.

Nike sudah memastikan dua posisi di delapan besar hingga artikel ini ditulis, yakni melalui Prancis dan Kroasia. Sisanya Nike akan berharap pada Brasil dan Inggris.

Setelah tersingkirnya Lionel Messi, Mohammad Salah, dan Toni Kroos, Adidas masih memiliki beberapa individu yang kemungkinan akan tetap bersinar di Piala Dunia. Seperti Paul Pogba dan Ngolo Kante dari Prancis, Luis Suarez dari Uruguay, serta James Rodriguez dari Kolombia.

Meskipun Christiano Ronaldo, Isco, dan Andres Iniesta tersingkir, Nike masih memiliki deretan pemain tenar yang kemungkinan bisa mencapai semi final. Sebut saja Neymar dan Phillipe Coutinho dari Brazil, Kylian Mbappe dari Prancis, Harry Kane dari Inggris, Luca Modric dan Mario Mandzukic dari Kroasia, serta Eden Hazard dan Kevin De Bruyne dari Belgia.

Nama-nama tersebut setidaknya masih menjadi tumpuan kedua brand untuk terus bersinar hingga Piala Dunia berakhir nanti pada pertengahan Juli. Selain mengejar gelar juara, tentunya secara individual pemain akan mengincar gelar individual seperti Golden Ball untuk pemain terbaik selama kompetisi dan Golden Boot untuk pencetak gol terbanyak.

Saat ini Harry Kane dari Inggris berada di posisi utama dengan lima gol. Selama Piala Dunia,  Harry Kane menggunakan sepatu Nike Hypervenom Phantom III. Di posisi kedua ada Romero Lukaku dari Belgia dengan empat gol yang menggunakan sepatu Puma One. Disusul Artem Dzyuba dan Denis Cherysev dari Rusia dengan tiga gol. Keduanya memakai sepatu Nike Mercurial Vapor XII Elite.

Selain nama tersebut masih ada Edinson Cavani dari Uruguay dan Kylian Mbappe dari Prancis yang masih berpotensi mengejar gelar pencetak gol terbanyak. Cavani memakai Nike Hypervenom dan Mbappe menggunakan Nike Mercurial. Tidak ada yang menggunakan sepatu Adidas dalam pemburuan gelar top scorer.

Kedua brand, baik Nike dan Adidas memiliki pendekatan pemasaran yang berbeda. Adidas gencar mensponsori secara tim, sementara Nike menggenjot untuk mensponsori pemain secara individual. Tentunya bujet yang mereka keluarkan juga bukan angka yang kecil.

Namun, bila melihat dana yang sudah digelontorkan, tentunya ini adalah investasi jangka panjang. Tidak semata berhenti pada 64 pertandingan dalam sebulan saja.

Nike ingin meluaskan jangkauannya di cabang sepak bola setelah berhasil menguasai basket NBA dan American Footbal (NFL). Sementara, Adidas ingin tetap mempertahankan posisinya di dunia sepak bola. Apakah Nike bisa menggeser Adidas? Mari kita tunggu.

 

Editor: Hendra Soeprajitno

Related