Pos Indonesia, Tugas Berat Berkelit Dari “Kematian”

marketeers article

Tidak melulu harus birokrat yang ditunjuk untuk memperbaiki sebuah BUMN. Insan swasta pun bisa unjuk gigi, seperti halnya Gilarsi Wahyu Setijono yang bercita-cita mengembalikan kejayaan PT Pos Indonesia.

Ketika ditunjuk sebagai orang nomor satu di PT Pos Indonesia (Persero), banyak pihak yang menanyakan apa sepak terjang Gilarsi Wahyu Setijono. Padahal segudang pengalaman telah dikantongi alumni Institut Teknologi Bandung (ITB) ini, mulai dari menjabat di sejumlah perusahaan kelas dunia hingga akhirnya mendirikan salah satu perusahaan fesyen Muslim, PT Shafira Corporation Enterprise. “Ketika ditunjuk, tugas saya adalah mengembalikan Pos Indonesia dari kematian,” ungkap Gilarsi.

Ia sadar bahwa perusahaan yang baru dipimpinnya tertinggal jauh dari kompetitor. Karenanya, langkah pertama, Gilarsi memperbaiki internal perusahaan, terutama dari sisi operasional. Ketepatan waktu jadi prioritas. Dia menelusuri masalah utama yang ternyata berpangkal pada soal teknis. Setelah diperbaiki, rasio ketepatan waktu dalam mengirim paket meningkat dari di bawah 80% menjadi di atas 90%.

Gilarsi pun mencanangkan peningkatan pendapatan hingga dua kali lipat. Dengan cara tersebut, maka roda perusahaan bisa bergerak lebih cepat, “Ketika diajak lari akan terlihat masalah-masalah yang membuatnya tidak bisa diajak cepat. Bottleneck itu yang kemudian kami bereskan,” katanya.

Salah satu contohnya adalah bagaimana memperlakukan surat dengan paket berbentuk tiga dimensi. Sebelumnya, cara penanganan surat dan barang adalah sama. “Padahal tidak bisa. Konsep dua kali lipat itu tidak dalam artian sebenarnya, tapi untuk mencari masalah yang harus dibereskan,” sambung Gilarsi.

Dengan semakin surutnya pasar surat menyurat karena tergantikan e-mail, Pos Indonesia mulai menggeser bisnisnya ke ranah paket berupa barang. Semua ini tidak terlepas dari seksinya bisnis ini seiring perkembangan dunia e-commerce.

Apalagi, Pos Indonesia memiliki sebuah kekuatan, yaitu kantor yang berjumlah 4.500 kantor dan tersebar di seluruh Indonesia. Tak hanya itu, mereka juga memiliki setidaknya 33.000 agen. Selain fokus pada jasa pengiriman, kini Pos Indonesia juga menyediakan fasilitas pembayaran, mulai dari listrik, Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), serta masih banyak lagi.

Gilarsi menekankan, bisnis logistik akan berkontribusi terhadap pendapatan dengan porsi dua pertiga. Sisanya akan dikontribusi oleh jasa pembayaran. Untuk mempermudah layanan bagi masyarakat terutama kurir logistik, Pos Indonesia sedang menggodok aplikasi berbasis smartphone terutama untuk pick up barang.

“Pada 2017 sudah akan beroperasi. Infrastruktur sudah siap. Jadi visi kami adalah memperkenalkan kembali Pos Indonesia yang tidak jadul (kuno) dan punya kualitas. Setidaknya pada 2018, masyarakat kembali tahu bahwa PT Pos Indonesia adalah perusahaan kurir yang punya kualitas,” tutup Gilarsi.

Editor: Sigit Kurniawan

    Related