Produsen Bambu Eco Faux Restorasi Rumah Adat Indonesia

marketeers article

Viro, perusahaan penyedia solusi material desain dan bangunan berbasis anyaman asli Indonesia, berpartisipasi dalam melestarikan budaya lokal melalui kolaborasi dengan Paguyuban Keluarga Besar Ngada Jakarta (PKBNJ).

Adapun bentuk kolaborasi tersebut adalah dengan merestorasi arsitektur asli dari Model Rumah Adat Sa’o Ngada Ine Sina yang berada di Anjungan Nusa Tenggara Timur (NTT), Taman Mini Indonesia Indah (TMII).

Restorasi dilakukan dengan mengganti material modern, seperti rangka baja dan juga atap besi, dengan atap alang-alang dan bambu eco faux.  Dengan ini, tampilan bangunan dapat kembali mendekati rumah asli yang secara turun temurun dibangun di Kabupaten Ngada, NTT.

Johan Yang, Executive Vice President PT Polymindo Permata, perusahaan pemilik merek Viro menyatakan, pihaknya mendorong penggunaan teknik anyam nusantara dalam berbagai solusi dan kreasi produk mereknya.

“Saat ini, kami ingin mendorong penggunaan inovasi materi eco faux kami dalam berbagai manifestasi kreasi arsitektur tradisional,” ujar dia.

Materi bangunan eco faux Viro memadukan komponen dari bahan baku natural dan non-natural yang memiliki dampak lebih minim terhadap lingkungan, bila dibanding dengan bahan baku sejenis. Akan tetapi, bahan itu tetap mampu memenuhi tuntutan estetika tradisional maupun rancang bangun modern.

Beberapa fitur utama materi eco faux seperti tidak mudah terbakar, bebas hama, dan tahan beragam kondisi cuaca. Selain itu, keserbagunaannya menjadikan materi ini cocok menjadi alternatif untuk digunakan pada berbagai bangunan tradisional Indonesia.

Damianus Bilo, Wakil Ketua PKBNJ mengutarakan bahwa masalah yang sering kali ditemui dalam memelihara arsitektur rumah adat adalah rentannya materi bangunan terhadap kebakaran, hama, dan juga cuaca ekstrem. B

“Belum lagi sumber bahan yang kini juga semakin sulit didapat. Untuk itu, kami senang sekali dapat mengenal Viro dan bahan eco faux-nya yang saya kira dapat menjadi jawaban dalam memelihara keberlangsungan arsitektur khas Ngada di NTT,” katanya.

Selain pemugaran model rumah di TMII, Johan menambahkan bahwa Viro berusaha untuk memasok bahan eco faux berupa atap alang-alang dan bambu untuk merestorasi 33 rumah adat Gurusina di Flores NTT yang terdampak musibah kebakaran pada Agustus lalu.

“Musibah ini membuka mata kami untuk menyadari bagaimana rentannya relik budaya dan bangunan adat terhadap bencana dan dampak iklim,” tambah Johan.

Editor: Sigit Kurniawan

Related