Ramai-Ramai Perusahaan Incar Bisnis Coworking Space

marketeers article
Coworking space Greenhouse, berlokasi di Multivision Plus Lantai 25, Kuningan, Jakarta

Co-working space telah merevolusi industri real estat. Kehadiran perusahaan rintisan dan pekerja lepas (freelancer), membuat kebutuhan ruang kerja bersama kian meningkat. Tak terkecuali di Jakarta sebagai basis pertumbuhan startup di Indonesia.

Berdasarkan laporan yang dirilis John Lang LaSalle, jumlah member baik individu maupun perusahaan yang menggunakan coworking space secara global terus meningkat dari tahun ke tahun. Diprediksi, jumahnya mencapai satu juta pada tahun 2018.

Coworking menjadi pilihan para pebisnis pemula karena memberikan solusi tempat kerja yang fleksibel dan kolaboratif. Dengan empat juta bisnis baru yang terdaftar di seluruh dunia dalam satu tahun terakhir, permintaan ruang kerja jenis ini ikut terdongkrak.

Di Indonesia, nama-nama coworking space lokal sudah unjuk gigi lebih dulu, antara lain EV Hive milik modal ventura East Venture Capital, ReWork, Kolega, dan Freeware Suites. Meski pasarnya tengah bertumbuh, Indonesia sudah dihinggapi oleh coworking asing. WeWork, raksasa coworking space asal Amerika bertekad masuk Indonesia dengan mengakuisisi perusahaan yang sama asal Singapura bernama Spacemob.

Melalui SpaceMob, WeWork akan berinvestasi sebesar Rp 6 triliun untuk mengembangkan jaringannya di Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Sampai saat ini, WeWork baru mengoperasikan satu unit coworking yang berlokasi di Gama Tower, Kuningan, Jakarta.

Masih dari negara yang sama, Greenhouse membuka cabangnya di Jakarta, tepatnya di Gedung Multivision Plus lantai 25. Ini menjadi coworking space pertama di ibukota yang berkonsep penthouse dengan pemandangan 360 derajat kota Jakarta. Konsep yang diusung adalah tempat kerja ramah lingkungan yang menonjolkan interior berbahan material kayu, batu alam, dan tanaman hijau.

“Kami memahami bahwa orang-orang kreatif memiliki kebutuhan dan persyaratan yang berbeda dan itulah yang ingin kami berikan di Greenhouse. Sebagian besar dinding kaca ini diharapkan dapat membangun komunitas dan kolaborasi, bukan persaingan.” ungkap Manish Nathani, Co-Founder Greenhouse.

Co-working telah menjadi sebuah cara baru dalam bekerja dan berkolaborasi. Fleksibilitas dan efisiensi biaya mendorong popularitas co-working space di berbagai penjuru dunia. Beberapa studi membuktikan bahwa co-working space mampu meningkatkan produktivitas. Laporan menunjukan dari 70% yang disurvei, orang merasa lebih sehat dibanding bekerja di kantor tradisional. Sementara 50% melaporkan mereka mendapatkan pendapatan lebih tinggi.

Awalnya, tren ini muncul sebagai fenomena start up. Akan tetapi, co-working mulai diadopsi di berbagai korporasi besar. Di Amsterdam, perusahaan seperti Philips dan IBM mendesain ulang ruang kerjanya dengan gaya co-working yang mengedepankan fleksibilitas. NUMA, yang membuka coworking pertama di Prancis pada tahun 2008, kini tengah bekerja dengan 30 perusahaan besar dan membantu mempercepat sejumlah start-up di Eropa.

Tren yang sama berlanjut di negeri ini, di mana konglomerasi besar mulai tertarik menciptakan coworking space, entah hanya untuk mengikuti tren atau didesain untuk menambah recurring income sektor properti. Misalnya, Grup Salim yang memboyong coworking space asal Singapura, Block71 pada Agustus tahun lalu.

Begitu pun dengan Sinarmas Land yang berencana membangun empat unit coworking space di berbagai gedung perkantorannya yang terletak di BSD dan Jakarta. Nampaknya, pemain besar menyadari bahwa bisnis coworking space masih belum profitable, sebab masih dalam tahap mengembangkan ekosistem. Akan tetapi, hal itu tak mematahkan ambisi pemain lain untuk terlibat di ceruk yang sama.

Kali ini, Sinarmas memilih berkolaborasi dengan operator coworking space EV Hive. Di coworking space-nya itu, selain menaungi para startup yang tergabung dalam Sinarmas Venture Capital, pihaknya juga menyewakannya untuk meraup pendapatan berjalan.

Group CEO Associate Sinarmas Land Irawan Harahap mengatakan, bangunan perkantoran di masa depan tidak lagi berbentuk konvensional melainkan bergaya co-working. “Kami terus berusaha menyediakan tempat bekerja yang sesuai dengan kebutuhan masa depan,” tutur dia.

Ia juga bilang, Sinarmas Land akan menggandeng perusahaan coworking space asal Negeri Singa untuk mengoperasikan beberapa coworking space baru di Jakarta. Dengan pasokan ruang kantor yang melimpah, Sinarmas bakal mengubah sebagian kecil area ruang kantornya menjadi coworking space. Apalagi, perseroan baru mengakuisisi 13 lantai yang ada di Bakrie Tower

“Jika seluruh coworking space telah berjalan sepenuhnya pada tahun ini, kami bisa memperoleh pendapatan Rp 1 miliar per bulan,” kata Irawan.

Tren terbaru ini, menurut Irawan akan terus berlanjut. Kendati demikian, pendapatan dari bisnis coworking space masih amat kecil bagi target pendapatan berjalan perseroan. Sekadar informasi, PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE) menargetkan 25% pendapatan dari bisnis recurring.

“Bisnis coworking space, masih sangat kecil. Mungkin menyumbang kurang dari 5% terhadap recurring income BSDE,” kata dia.

 

Editor: Saviq Bachdar

 

Related