Rangkul Fintech dan Loket PPOB, Bank Bukopin Sukses Kantongi Penghargaan

marketeers article

Melangkah ke arah digitalisasi, bukan berarti Bank Bukopin menutup basis kekuatan mereka di lini offline. Ketika pemain layanan finansial lain mengerem jumlah kantor cabang dan loket fisik, Bank Bukopin justru berniat mempertahankan dan menambah 30.000 loket baru yang tersebar di seluruh Indonesia. Kemampuan Bank Bukopin menyentuh lini offline dan online sukses membuat perusahaan ini mengantongi penghargaan di Marketeers Omni Brands Award 2019.

Beberapa tahun terakhir, Anda mungkin tak asing dengan fenomena pemain perbankan yang bermigrasi menyaingi para digital native melalui transformasi digital. Bahkan, sejumlah pemain rela membangun dan mengelola sendiri aplikasi perbankan digital mereka. Investasi besar-besaran dilakukan, bukan hanya dari segi biaya, melainkan juga waktu.

Tak ingin mengikuti arus yang ada, Bank Bukopin tampak lebih berhati-hati menyikapi fenomena itu. Meski sempat terbilang terlambat dibandingkan pemain lain yang lebih awal menjalani go digital, Bank Bukopin mampu menunjukkan kemampuan mereka dalam mengakselerasi produk layanan keuangan digital, melalui Bukopin Wokee. “Kuncinya adalah omnichannel,ujar Rivan A. Purwanto, Direktur Konsumer PT Bank Bukopin Tbk.

Menjadi merek yang omnichannel diyakini Rivan merupakan tuntutan yang harus dilakukan para pemain. Alih-alih menyaingi pemain fintech, Bukopin justru merangkul mereka. Menilik studi kasus kolaborasi Bukopin Wokee dengan Go-Pay, Rivan mengatakan, Bank Bukopin mampu meningkatkan jumlah pengunduh Wokee dari yang semula hanya 4.000-5.000 pengguna menjadi 10.000 pengguna. Tak heran, jika Bank Bukopin berhasil meraih penghargaan Marketeers Omni Brands Award 2019.

“Ketika Bukopin membuat Wokee, orientasi kami bukan bergerak di e-money. Dibutuhkan proses yang begitu panjang jika kami melakukan semua secara sendiri. Untuk itu, kami memilih membangun kolaborasi dengan pemain yang ada, seperti Go-Pay, disusul dengan OVO dan Link,” papar Rivan.

Meski fokus menggarap layanan digital, pola kerja Bank Bukopin tak serupa dengan pemain perbankan lain. Jika sederet pemain tengah menekan jumlah kantor cabang mereka, Bank Bukopin justru mempertahankan keberadaan kantor cabang fisik dan loket-loket (Payment Point Online Bukopin (PPOB) yang mencapai lebih dari 30.000 agen.

Ada alasan kuat yang mendasari keyakinan Bank Bukopin untuk mempertahankan lini offline. Salah satunya adalah karakter masyarakat Indonesia yang belum bisa meninggalkan dunia ini. “Saya ambil contoh, Anda mungkin tidak akan merasa bersalah jika melihat-lihat produk secara online namun tidak jadi membelinya. Tentu berbeda jika Anda datang ke toko fisik dan tidak membeli. Ada perasaan tidak berkenan di sana. Terlebih, mentalitas masyarakat Indonesia yang serba tidak enakan,” ujar Rivan.

Hal itu yang menjadikan Bank Bukopin terus mempertahankan keberadaan loket. Apalagi, rasa kepercayaan bisa diperoleh dari lini ini. “Saya rasa para pemain lain, seperti e-commerce pun mulai menyadari pentingnya mengelola saluran offline karena ada nilai intimacy di sana. Bank Bukopin akan terus mengelola saluran offline ini, dan tak segan menambah loket-loket offline di area-area yang potensial,” tutur Rivan.

Kolaborasi Bank Bukopin tidak hanya dilakukan bersama pemain layanan keuangan digital, melainkan juga pemain teknologi lain. Bersama Bukalapak, Bank Bukopin berkolaborasi melalui program warung Bukalapak (BukaMart) dengan memanfaatkan loket-loket PPOB Bukopin.

    Related