Riset MarkPlus Insight: POLRI PROMOTER Semakin Dipercaya Masyarakat

marketeers article

Berbagai aktivitas telah dilakukan POLRI untuk mensosialisasikan PROMOTER – profesional, modern, terpercaya – yang merupakan visi KAPOLRI Jenderal Polisi M. Tito Karnavian yang sudah dicanangkan sejak tahun 2016. Salah satu penguatan PROMOTER dilakukan melalui perbaikan kinerja, kultur, pengelolaan media, dan penanganan isu terkini.

Upaya-upaya seperti optimalisasi layanan publik dan penegakan hukum berbasis TI, peningkatan presentase crime clearance, sampai pendekatan humanis dalam menangani isu-isu yang terjadi merupakan contoh upaya yang dilakukan untuk mewujudkan personil POLRI yang PROMOTER. Selain itu, masukan publik juga sangat diperhatikan.

Berbagai survei mengenai tingkat kepercayaan masyarakat terhadap POLRI pun dilakukan dan secara umum menunjukan hasil yang baik. Untuk melengkapi berbagai survei tersebut, lembaga riset MarkPlus Insight berinisiatif melakukan survei mengenai POLRI dari sisi yang berbeda, yaitu lewat pendekatan marketing, dan memosisikan masyarakat sebagai konsumen.

“Di sini kami melakukan riset sebagai sumbangsih terhadap negeri ini. Beda dengan riset lainnya, kami melakukan riset dengan pendekatan marketing yang mengukur tingkat kepuasan dan kepercayaan masyarakat terhadap kinerja POLRI,” ujar Hermawan Kartajaya, Founder & Chairman MarkPlus, Inc. saat menggelar konferensi pers di Philip Kotler Theater Class Jakarta, Jumat (1/2/2019)

Survei komprehensif ini ditujukan untuk melihat persepsi masyarakat terhadap implementasi PROMOTER oleh para personel POLRI secara nasional, baik di berbagai satuan POLDA maupun POLRES. Ada empat kriteria yang disurvei, yaitu kinerja, kultur, media, dan isu terkini.

Survei yang dilaksanakan pada periode September – November 2018 ini, dilakukan terhadap 29.250 penduduk yang berasal dari 34 POLDA dan 461 POLRES. Responden tersebut terdiri dari responden pria dan wanita, rata-rata berusia 21-25 tahun, dan level pendidikan mayoritas SMA atau setingkat SMA. Untuk menjaga objektivitas, responden yang terpilih dipastikan tidak memiliki keluarga yang bekerja di Kepolisian.

Terdapat tiga metode yang digunakan, yaitu quota sampling kepada masyarakat melalui online survey, Computer Assisted Telephone Interview (CATI), dan Computer Assisted Personal Interview (CAPI). Terdapat tiga temuan penting yang perlu diperhatikan berdasarkan survei yang telah dilakukan, yaitu:

Pertama, terdapat 110 POLRES  dan 1 POLDA yang memiliki indeks kepuasan di atas 90%. Mayoritas berada di luar Pulau Jawa. Selain itu, terdapat 191 POLRES dan 6 POLDA yang memiliki indeks kepercayaan di atas 90% dan kebanyakan berada di luar Pulau Jawa. Dan, sebagian besar POLDA dan POLRES memiliki nilai di atas indeks kepuasan nasional (76,46%) dan nilai di atas indeks kepercayaan nasional (80,37%).

Sejumlah POLRES dan POLDA di luar Jawa yang mencapai indeks kepuasan dan kepercayaan di atas 90% pun menunjukkan sangat baiknya hubungan antara polisi dan masyarakat. Masyarakat pun cenderung lebih mudah mengapresiasi sejumlah hal positif yang dilakukan POLRI.

Di lain sisi, sejumlah POLRES yang sebetulnya memiliki kinerja yang bagus tapi mendapatkan penilaian di bawah rata-rata apalagi di bawah 60%, memiliki tantangan membangun hubungan yang baik dengan masyarakat, agar masyarakat dapat mengapresiasi berbagai hal positif yang dilakukan dan dicapai POLRI.

Kedua, meski persentase POLRES dan POLDA yang memiliki indeks kepuasan dan kepercayaan di atas rata-rata nasional dan di atas 90% sudah cukup tinggi, tetapi kebanyakan penilaian masih dalam skala nilai 4, diikuti 5 dan sedikit sekali yang memberikan nilai 6, dari skala 1-6.

Untuk POLRES dan POLDA yang sudah mencatatkan indeks kepuasan dan kepercayaan di atas 90%, masih ada ruang perbaikan yang besar, untuk memperoleh kualitas kepuasan dan kepercayaan yang lebih tinggi.

Ketiga, secara nasional, dimensi yang berpengaruh terbesar pada kontribusi membangun kepercayaan adalah kultur. Hal yang sama juga terjadi pada sebagian besar POLDA. Urutan berikutnya berdasarkan kontribusi untuk membentuk kepercayaan secara nasional adalah penanganan isu terkini, media, setelah itu baru kinerja.

Terakhir, terdapat POLDA yang kontribusi untuk membentuk kepercayaannya bukan hanya pada kultur mereka, tapi bervariasi, antara lain: penanganan isu terkini, media, setelah itu baru kinerja. Dari kriteria yang bervariasi tersebut menunjukan untuk membangun kepercayaan dan kepuasan masyarakat terhadap POLRI tidak hanya ada pendekatan tunggal atau satu kriteria saja.

Dan, dari keempat kriteria survei juga bisa dilakukan beberapa perbaikan, yang dapat disimpulkan dalam bentuk model peningkatan PROMOTER POLRI:

 

Editor: Eko Adiwaluyo

Related