Rugi Bila Peritel Tak Jalankan Seasonal Marketing

marketeers article
Sumber: https://mir-s3-cdn-cf.behance.net/

Seasonal marketing khususnya di masa-masa festive menjadi strategi efektif bagi peritel untuk mendongkrak penjualan dan membangun customer engagement. Apalagi kalau musim tersebut di Indonesia sudah menjadi tradisi dan perayaan bersama seperti musim Ramadan dan Idul Fitri.

“Biasanya, di masa-masa itu, terjadi kenaikan signifikan di toko-toko ritel kami. Jadi, sejauh kami amati musim Lebaran yang biasanya jatuh bersamaan dengan liburan, kontribusi pendapatan tahunan peritel 40-45% berasal dari masa tersebut,” ujar Roy Mande, Ketua Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) kepada Marketeers.

Begitu besarnya kontribusi tersebut, sambung Roy, setiap tahunnya program tersebut dipersiapkan oleh peritel enam sampai delapan bulan sebelumnya. Peritel bersama pemasok dan pabrikan mendesain produk-produk dan aktivasi seperti apa yang akan dijalankan pada musim-musim tersebut.

“Biasanya, selain mengusung gaya hidup, peritel juga menyuguhkan harga-harga terendah dengan diskon, dari 50-70%. Diharapkan dengan program ini, transaksi terbesar justru akan diraih pada masa ini,” kata Roy.

Kontribusi Seasonal Marketing

Apa saja kontribusi seasonal marketing bagi peritel? Roy mengatakan, yang biasanya kentara adalah kontribusi pada penjualan. Para peritel menilai musm festive inilah yang ditunggu-tunggu karena bisa dimanfaatkan untuk mengejar target penjualan dan bahkan melebihi target.

“Selain itu, seasonal marketing ini juga dimanfaatkan oleh para pemegang merek untuk memperkenalkan produk-produk baru mereka. Justru kedatangan para konsumen di toko-toko peritel basanya pada peak season ini, khususnya produk-produk lifestyle baik dari Indonesia maupun dunia,” katanya.

Selan dua hal tersebut, Roy menambahkan, peritel juga bisa memanfaatkan peak season sebagai kesempatan untuk membuat engagement dengan pelanggannya. Hal ini bertujuan untuk membangun sekaligus memperkuat loyalitas pelanggannya.

“Banyak peritel yang memanfaatkan poin-poin agar pelanggan memiliki kartu loyalty atau kartu award, sehingga poin-pon yang diberikan bisa maksimal dan konsumen bisa loyal untuk berbelanja,” imbuh Roy.

Kreativitas dalam Ritel

Roy mengatakan, ada banyak rupa-rupa bentuk konten seasonal marketing yang diterapkan di dalam ritel. Tetapi, pada prinsipnya peritel akan menggiring suatu Unique Selling Point (USP) dan ini biasanya hanya pada saat festive. Bentuknya beragam, bisa berupa diskon atau program gimmick berupa voucher belanja.

“Ada juga dengan program dengan menggelar penjualan atau membuka toko sampai malam hari. Alasannya, kemacetan yang terjadi di kota seperti Jakarta membuat orang sering terhambat menuju ritel. Dengan buka sampai malam, pelanggan bisa pulang dan menggandeng keluarga lalu belanja di midnight sale,” katanya.

Selain itu, peritel juga bisa berkolaborasi dengan para penerbit kartu seperti bank untuk memberi kemudahan mereka dalam berbelanja selama masa festive. Hadiahnya bisa berupa undian pergi tur ke luar negeri dan sebagainya.

Jakarta Great Sale

Para peritel, menurut Roy, sangat menunggu program pemerintah kota seperti halnya Jakarta Great Sale maupun Jakarta Great Online Sale. Bahkan, peritel sudah lama mengagendakan hal itu dengan menyiapkan berbagai strategi dan aktivasi.

“Event ini kami nilai cukup efektif untuk mendongrak penjualan karena biasanya sudah disiapkan dengan matang dan didukung oleh banyak pihak. Apalagi ada banyak benefit yang disuguhkan kepada pelanggan, seperti grand prize, shopping card, dan sebagainya,” kata Roy.

Roy juga menyambut positif Jakarta Great Online Sale karena memang tren berbelanja secara online makin meningkat dari tahun ke tahun. Selain itu, banyak peritel mulai mendiversfikasi bisnis ritelnya dengan kanal online, khususnya kanal distribusinya.

Sementara itu, sampai akhir tahun 2016, Aprindo menargetkan pertumbuhan double digit sekitar 10-12%. Angka ini meningkat bila dibanding tahun lalu yang bertumbuh sekitar 8-9% dan mengalami perlambatan.

“Asosiasi menargetkan ritel Indonesia bisa menghasilkan uang Rp 200 triliun pada  tahun dengan catatan tingkat pertumbuhan ekonomi masih di atas 5%,” katanya.

Related