Walau Masih Rugi, Kioson Jadi Startup Pertama Masuk Bursa Saham

marketeers article

Bukan GO-JEK, Traveloka, atau e-commerce seperti MatahariMall sampai Tokopedia yang berhasil menasbihkan dirinya menjadi yang pertama masuk bursa saham. Justru Kioson menjadi yang pertama melantai di bursa alias IPO pada hari Kamis (3/10) 2017.

Dibanding sesama perusahaan teknologi lainnya, Kioson praktis bukanlah startup populer terutama di kota besar. Namun lewat konsep bisnisnya yang berpartner dengan toko-toko kelontongan atau eceran, nama Kioson jalan-jalan di wilayah nonurban terutama di wilayah-wilayah terpencil.

“Ini menjadi sejarah karena Kioson adalah startup pertama masuk bursa. Aset sih kecil, dan keuangan mereka masih rugi. Janjinya dua tahun tidak akan rugi lagi. Jadi patut diacungi jempol keberaniannya dan mudah-mudahan bisa menjadi contoh lain bahwa startup bisa kami beri karpet merah di bursa,” ujar Direktur Utama Bursa Efek Indonesia Tito Sulistio.

Kioson menjadi emiten atau perusahaan di lantai bursa ke-24 tahun ini, sehingga total genap menjadi 558 emiten di BEI. Dengan kode KIOS, saham Kioson di sini senilai Rp 650 juta dengan pembagian Rp 500 juta saham pendiri dan sisanya Rp 150 juta untuk umum. Harga penawaran pertama atau Initial Public Offering (IPO) dinilai Rp300 per lembar saham.

Tepat jam sembilan pagi bursa dibuka, saham Kioson langsung naik 50% ke angka Rp 450 per lembar saham. Menurut pengakuan CEO Kioson Jasin Halim penawaran untuk saham mereka oversubscribe sampai 13 kali.

Dan apa yang diutarakan oleh Tito memang cukup beralasan. Dalam laporan keuangannya, Kioson secara aset dinilai “hanya” Rp 45 miliar. Terbilang kecil untuk masuk bursa. Pendapatannya pun Rp 25 miliar saja dengan nilai rugi sekitar Rp 4 miliar.

“Lalu kenapa masuk bursa? Kami ingin mencari pendanaan lain. Biasanya startup mencari pendanaan dari investor seperti venture capital. Sebenarnya banyak yang sudah bicara dengan kami, tapi belum ada yang cocok. Maka kami putuskan untuk IPO. Masuk bursa saham adalah cara paling fair untuk dapatkan harga pasar, seberapa besar sebenarnya nilai kami,” ungkap Jasin.

Menurutnya mayoritas profil investor berasal dari ritel. Selain itu dengan adanya startup masuk bursa, para investor ritel tersebut bisa menikmati pertumbuhan nyata yang selama ini hanya jadi makanan venture capital.

Hingga kini Kioson sebagai platform online to offline sudah berpartner dengan 15.000 kios eceran dari Aceh sampai Papua. Untuk membalikan keuangan mereka menjadi profit salah satunya adalah dengan menambah jumlah kios menjadi 100.000 pada 2019 nanti. Pada akhir tahun ditargetkan ada 30.000 kios yang bergabung.

Selain itu ada rencana untuk mengakuisisi perusahaan teknologi Narindo untuk mempercepat pertumbuhan bisnis, walau kapan dan nilainya masih belum dibuka ke publik. “Kami sekarang ada di sekitar 350 kota. Mayoritas memang Sumatera dan Jawa. Di 2018 kami menargetkan hadir di 500 kota lebih,” tutup Jasin.

    Related