TV Rata-Rata Ditonton Lima Jam Sehari, Samsung Buat The Frame

marketeers article
Samsung The Frame

Produsen elektronik raksasa asal Korea Selatan Samsung selama ini selalu punya slogan inovasi terdepan. Berbagai produknya selalu didengungkan hasil dari berbagai inovasi. Selain selalu mengklaim inovasi di berbagai produk seperti smartphone sampai televisi, Samsung kini mencoba berinovasi lagi lewat bisnis yang boleh terbilang cukup baru.

Samsung menyebutnya sebagai The Frame. Dilihat dari namanya, produk ini memang ditujukan untuk pajangan seperti halnya foto maupun lukisan yang dipasang menggunakan bingkai. Namun, tentu saja yang ini bentuknya digital, di mana sekarang sudah mulai banyak bingkai-bingkai foto di rumah-rumah menggunakannya. Keunggulan menggunakan teknologi adalah gambar yang ditampilkan tidak statis dan bisa berganti otomatis sesuai keinginan pengguna.

Pun begitu dengan The Frame. “Alasan kami memperkenalkan produk ini adalah karena Samsung ingin masuk ke ranah gaya hidup. Mulai banyak rumah tangga menggunakan frame digital untuk mengganti frame tradisional. Itu kan ranah interior desain. Kami ingin masuk ke sana juga,” ujar Corporate Marketing Samsung Indonesia Jo Semidang di Jakarta beberapa waktu lalu.

Yang diperkenalkan Samsung sebenarnya secara tidak langsung adalah televisi. Di antara jajaran seri televisi terbarunya, ada varian bernama The Frame yang memang diperuntukan untuk tidak hanya berfungsi sebagai televisi, tapi juga bisa display untuk foto maupun lukisan. Namun Samsung menolak sebagai The Frame masuk sebagai kategori televisi.

“The Frame berbeda. Bukan televisi jadi display. Tapi, display pajangan yang memiliki fungsi sebagai televisi. Alasan lain adalah, rata-rata masyarakat menonton televisi hanya empat sampai lima jam sehari. Sayang, sisanya hanya layar hitam tanpa fungsi dalam ruangan. Makanya ketika tidak sedang menonton televisi, The Frame akan berfungsi untuk memajang slide-slide foto maupun lukisan,” sambung Jo.

Yang paling membedakan The Frame dari televisi Samsung lainnya adalah bingkai. Si produk terbaru memiliki bingkai yang bisa dilepas pasang sehingga tidak monoton dan bisa disesuaikan dengan selera pengguna. Bingkai itu rencananya akan masuk dalam paket pembelian. Salah satu yang sudah mulai dipamerkan di Indonesia adalah frame bergaya kayu yang sangat kental dengan desain interior era modern.

Samsung juga tidak memberikan The Frame spesifikasi tinggi seperti jajaran tertinggi QLED TV yang memiliki ketajaman warna sangat dalam. Cukup dengan teknologi UHD. Menurut mereka, tidak perlu ketajaman sangat tinggi untuk produk yang memang memiliki tujuan utama sebagai pajangan. Kualitas yang diberikan sudah lebih dari cukup. Sehingga di sini fungsi televisi bisa dikatakan sebagai value lebih dari The Frame.

Selain itu, terdapat sensor yang bisa mendeteksi pergerakan di sekitarnya. Misalnya, ada seseorang di dalam ruangan, The Frame akan otomatis menyala dengan fungsi pajangan. Sebaliknya jika ruangan kosong, maka display otomatis mati. Sensor tersebut bisa mendeteksi mulai jarak delapan sampai sepuluh meter.

Lalu televisi berapa inci yang diperkenalkan Samsung untuk The Frame? Menurut Jo, saat ini yang akan dirilis adalah ukuran 55 serta 65 inci. Terbilang besar karena tujuannya tidak hanya memasang foto semata, tapi juga koleksi bernilai artistik dan seni. Rencananya, The Frame baru akan dirilis pada pertengahan tahun alias tidak akan lama lagi.

Soal harga pun Samsung belum buka suara. Tapi, yang jelas dengan berbagai tujuan dan spesifikasinya tersebut, The Frame ditujukan untuk segmen premium di mana sebagai perbandingan, varian-varian televisi Samsung dengan ukuran besar berteknologi tinggi biasanya dihargai di atas Rp 10 juta-an bahkan di atas Rp 20 juta-an.

Editor: Sigit Kurniawan

    Related