Seasonal Marketing Bisa Dorong Transaksi Elektronik

marketeers article

Festive season seperti Lebaran dan Tahun Baru tidak hanya dirasakan manfaatnya bagi peritel, namun juga bagi institusi penerbit kartu kredit MasterCard. Momen-momen festive ini adalah “senapan” bagi MasterCard untuk mendobrak transaksi elektronik.

“Selama festive season, transaksi kartu kredit dan debit pasti meningkat, khususnya di tiga periode, yaitu Lebaran, Natal-Tahun baru, dan Back to School,” terang Tommy Singgih, Direktur MasterCard Indonesia kepada Marketeers beberapa waktu lalu.

Tommy mengatakan, saat liburan seperti saat ini, transaksi elektornik MasterCard untuk tujuan traveling juga mengalami peningkatan. Pasalnya, selama masa liburan, banyak konsumen ditinggalkan oleh asisten rumah tangganya. Sehingga, mereka memutuskan untuk berwisata.

“Pertumbuhan transaksi untuk traveling meningkat melebihi groceries. Ke depan, saya yakin, penggunaan kartu kredit/debit akan lebih banyak ke sektor traveling,” papar Tommy.

Selain itu, festive season juga dimanfaatkan MasterCard untuk mengedukasi market. Selama ini, masih banyak pemiliki kartu ATM yang tidak menggunakan kartunya untuk bertransaksi elektronik. “Padahal, dengan mengajak orang untuk berperilaku cashless, biaya pemeliharaan dan distribusi uang bisa ditekan,” paparnya.

Di masa-masa festive inilah, MasterCard punya peluang besar untuk melakukan akuisisi pelanggan baru, khususnya nasabah kartu kredit. “Untuk itu, konsumen harus di-trigger dengan hadiah atau promo menarik. Sehingga, mereka akan mulai melakukan transaksinya menggunakan kartu kredit atau debit saat berbelanja,” ujar Tommy.

Karenanya, MasterCard tak bisa sendirian dalam mensukseskan misinya tersebut. Perusahaan ini harus melakukan kerja sama dengan perusahaan ritel maupun perbankan.

Misalnya, MasterCard bersama Matahari Dept Store menggelar Festive Season Sale at Matahari, di mana pengguna kartu MasterCard dan Matahari Club Card (MCC) berkesempatan terbang ke Eropa dengan hanya bertransaksi sebesar Rp 500.000 hingga akhir Agustus 2016.

Meski menolak menyebut berapa jumlah kartu kredit yang diterbitkan MasterCard di Indonesia, akan tetapi, pihaknya berharap banyak pada seasonal marketing yang dilakukan oleh pemain ritel.

Alasannya, transaksi elektronik di Tanah Air masih kecil. Apabila di bandingkan dengan negara maju, transaksi elektronik di negara-negara itu bisa mencapai 70% dari seluruh transaksi.

Hal tersebut dapat dilihat dari rasio jumlah mesin Electronic Data Capture (EDC) terhadap populasi. Di Korea misalnya, rasio mencapai 20:1, dalam arti 20 mesin EDC melayani 1 penduduk. Sedangkan di Indonesia, perbandingannya adalah 1:1.000, alias satu mesin EDC melayani 1.000 penduduk.

Jangankan menggunakan transaksi elektronik dengan kartu, jumlah pemegang rekening bank saja masih sangat minim. Tak heran, di Indonesia, 95% transaksi masih menggunakan uang tunai.

Editor: Sigit Kurniawan

Related