Seberapa Hemat Mobil Listrik Dibandingkan Mobil Biasa

marketeers article
Power supply for electric car charging. Electric car charging station. Close up of the power supply plugged into an electric car being charged.

Wacana mobil listrik mulai mencuat kembali di industri otomotif dalam negeri. Bila dibandingkan mobil dengan bahan bakar minyak, mobil listrik dinilai mampu menghemat energi hingga 80%. Ini berdasarkan studi dan riset yang didorong oleh Kementerian Perindustrian bersama Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, perguruan tinggi serta industri otomotif.

Riset dan studi pada tahap pertama ini merupakan laporan dari tiga perguruan tinggi, yakni Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Indonesia (UI) dan Universitas Gadjah Mada (UGM). Mereka telah melakukan ujicoba terhadap mobil listrik Toyota jenis hybrid atau plug-in hybrid.

“Berdasarkan penelitian, rata-rata mobil listrik jenis hybrid itu bisa hemat 50%. Sedangkan yang plug-in hybrid bisa lebih hemat lagi hingga 75-80%,” kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto di Jakarta, Selasa (6/11).

Penggunaan mobil listrik diyakini dapat merealisasi komitmen Pemerintah Indonesia menurunkan Emisi Gas Rumah Kaca (CO2) sebesar 29% pada tahun 2030 sekaligus menjaga ketahanan energi, khususnya disektor transportasi darat. Selain itu, diharapakan target 20% untuk produksi kendaraan emisi karbon rendah atau Low Carbon Emission Vehicle (LCEV) di tahun 2025 dapat tercapai.

Dalam upaya pengembangan kendaraan listrik, Kemenperin telah mengusulkan kepada Kementerian Keuangan mengenai pemberian insentif fiskal berupa tax holiday, bea masuk ditanggung pemerintah, serta pembiayaan ekspor dan bantuan kredit modal kerja untuk pengadaan battery swap. “Dari sisi fasilitas nonfiskal seperti penyediaan parkir khusus, keringanan biaya pengisian listrik di SPLU hingga bantuan promosi,” ujar Menperin.

Setelah tahap pertama ini, Kemenperin akan melanjutkan laporan hasil riset mobil listrik terkait dengan aplikasi, ketahanan dan ketersediaan infrastruktur. Tahap kedua akan dilakukan oleh Universitas Sebelas Maret (UNS), Institut TeknologiSepuluh Nopember (ITS) dan Universitas Udayana yang ditargetkan rampung pada Januari 2019.

Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Mohamad Nasir mengatakan secara internal proses studi saat ini sudah selesai. Artinya, tinggal dikolaborasikan dengan industri supaya bisa memanfaatkan inovasi mobil listrik tersebut. “Tidak akan bisa jalan jika tidak ada industri yang akan menggunakan inovasi ini,” ujarnya.

Nasir menambahkan, pemerintah juga berencana untuk memfasilitasi dan memediasi antara akademisi dengan industri yang akan memanfaatkan hasil studi tersebut. Salah satunya, melalui pemberian insentif industri seperti super tax deduction.

 

Editor: Eko Adiwaluyo

Related